Hallo, sudah lama sebagai silent reader tapi liat topic ini jadi ingin ikut kontribusi...
Pernah minang F30 335i tahun 2012 akhir 2017 lalu, dapat warna hitam dengan jok beige di kilometer yang rendah sekali untuk umur mobilnya (di bawah 10rb km). Saya pikir kalau mobil jarang dipakai logikanya komponen mekanikal tidak akan aus dalam waktu seperti kalau pemakaian normal, ternyata (dalam konteks mobil saya itu) asumsi tersebut tidak tepat...
Catatan: sebelum serah terima mobil sudah di test drive dan sudah di-inspeksi di bengkel resmi, dan pada saat itu divonis tidak ada masalah sama sekali, kecuali klakson mati (dimana saya ganti kurleb 2,5 juta).
Kurang dari sebulan pemakaian, ada bunyi gluduk2 dan klotak2 muncul dari sisi pengemudi. Cek ke bengkel resmi BMW dekat rumah (bukan pas inspeksi pertama kali), ternyata steering rack kena (dan baru diinfokan kalau steering rack adalah penyakit umum F30). Berhubung warranty habis, tidak bisa claim dan harus bayar 40 jutaan belom ongkos pasang!!! Shock kaget luar biasa dengarnya...namun setelah dibantu sama pihak bengkel, dapat good will dari BMW Indonesia berupa potongan sebesar 50%. Total biaya kurang lebih 23 jutaan termasuk pasang dan program ulang.
Baru selang beberapa bulan, kena musibah: menghantam lubang di jalan saat berjalan dengan kecepatan relatif tinggi yang membuat pecah ban. Tidak berasa ada kenapa-kenapa sampai tiba di tujuan; ternyata ban sisi kanan depan sudah kempes total dan dinding ban robek. Untung velg-nya nggak kenapa-kenapa alias masih bundar (verified by balancing machine later on). Well, di situlah pertama kali merasakan benefitnya RFT. Kebetulan posisi berhenti dekat dengan salah satu toko ban yang cukup terkenal di Jakarta, melipirlah ke situ. Tanya ban RFT, dapat shock ke-2: 4 sampai 5 juta untuk satu ban! Pas di-cek, ban-nya masih bawaan pabrik yang umurnya sudah di atas 6 tahun dan karet-karet ban sudah getas...sangat disarankan untuk ganti semuanya. Berhubung safety is number 1 tapi sangat berat sekali harus keluar uang 20 jutaan hanya buat ban, dipilihlah ban non-RFT sebagai penggantinya (tapi masih dengan ukuran yang sama). Total biaya: 1,5 x 4 = 6 juta untuk ban 1 set.
Karena tidak pakai RFT, sementara gak ada ban serep, maka diputuskan untuk beli genuine BMW Mobility Kit (mini compressor + sealing liquid dalam 1 paket) seharga 2,3 juta. Termasuk ban, sudah hampir 9 juta tapi masih jauuuhhh lebih murah ketimbang beli ban RFT 1 set.
Sebulan kemudian, kebetulan harus jemput istri di bandara (pesawat terakhir, jam 10 malam). Oleh karena satu dan lain hal, saya terlambat berangkat menuju bandara...jadi pas lewat tol lingkar luar ngebutlah sejadi-jadinya biar nggak telat sampai di bandara. Di luar performance-nya yang mantap (pertama kali punya mobil mesin 3L turbo inline 6) dan handling yang prima, pas tembus 200 kmh setir terasa bergetar. Feeling saya masih ada masalah di suspensi depan (meskipun seperti yang rekan-rekan di Jakarta ketahui, tol lingkar luar itu tidaklah mulus layaknya autobahn di Jerman, jadi efek karena kontur jalan bisa di-ignore di sini).
Singkat cerita, kembali check ke bengkel (tapi kali ini bengkel spesialis di bilangan Jakarta Selatan). Ternyata control arms atas dan bawah di kedua sisi sebaiknya diganti karena bushing-nya sudah retak dan lemah. Total biaya: sekitar 5 jutaan kalau tidak salah ingat.
Dan...ternyata baik shock mount maupun shock absorber-nya juga harus ganti. Kalau shock absorber-nya sudah lemah; pas ditekan selain mudah nekannya, baliknya lagi ke posisi semula cukup lama. Damping ability-nya sudah drop banget. Dan shock mount-nya sendiri juga sudah oblak. Cilakanya, pada saat itu si bengkel spesialis tidak punya barangnya, karena ternyata 335i menggunakan Adaptive M Suspension yang membutuhkan shock mount dengan spek khusus serta shock absorber adaptive dengan microprocessor di dalamnya. Alhasil harus ke bengkel resmi BMW hanya buat beli spare part.
Shock ke-3: 1 unit shock mount harga resmi-nya hampir 3 jutaan, dan 1 unit shock absorber depan Adaptive M...12 juta-an!! Jadi kalau ganti semua, damage ke kantong bakal menjadi (3 x 2) + (12 x 2) = 6 + 24 = 30 juta...ajegileee...eniwei saya gak bisa berbuat apa-apa untuk shock mount jadi terpaksa beli dari BMW. Namun untuk shock absorber, putar otak cari solusi alternatif. Dapatlah solusinya berupa Bilstein B4 Damptronic, dimana ada yang jual di Jakarta (setelah mencari kesana kemari) dengan harga 18 juta sepasang. Well, better 18 juta than 24 juta kan?
Dan masih ada lagi beberapa part yang harus ganti karena pemakaian dan umur, tapi sifatnya printilan tidak terlalu penting...yang mau saya highlight hanyalah yang di atas ini. Silahkan dihitung sendiri total jenderal biaya yang telah saya keluarkan hanya agar 335i tersebut kembali prima seperti layaknya waktu dia baru...
The moral of the story is: when it comes to a premium European vehicle, ada 1 words of wisdom yang patut dipegang, yang saya dengar setelah akuisisi mobil dan mengalami apa yang saya alami di atas. Apa itu?
"If you cannot afford buying new, you MIGHT NOT be able to afford it second hand as well". Translasi: Kalau memang tidak/belum mampu beli baru, bisa jadi juga tidak/belum mampu beli bekasnya.
Di satu sisi, depresiasi value mobil eropa menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi yang ingin mobil dengan image premium, teknologi premium namun harga lebih "bersahabat". Makanya banyak yang mempertimbangkan beli mobil Eropa bekas dengan tahun agak tua ketimbang mobil Jepang baru gress. Namun, jika tidak bisa menyiasatinya, ujung-ujungnya akan menghabiskan uang yang kalau ditotal bisa saja beli baru-nya. Ini karena selain harga spare part mobil Eropa yang di atas rata-rata mobil negara lain (untuk komponen dengan fungsi yang sama), harganya itu juga tidak mengalami atau minim mengalami depresiasi dengan tingkatan yang sama seperti mobilnya itu sendiri.
Demikian late night sharing dari saya, semoga membantu rekan-rekan SM dalam pertimbangannya ketika hendak membeli mobil Eropa seken...
