Saya inget dulu sebelum pulang ke Indonesia, ngobrol dengan dosen saya yang kebetulan keahlian di bidang transportasi, kemudian terjadi percakapan
D (Dosen): Sudah mau pulang ya, kangen Jakarta ?
S (Saya): Kalo bisa dibilang sih gak kangen banget sensei, terutama macetnya saya tidak kangen
D: Wah macetnya memang makin parah ya, belom lama ini saya seminar di Indonesia, mampir di Jakarta, macetnya memang bisa dibilang keterlaluan
S: Iya, coba kalau Jakarta sudah bikin subway dari dulu, mungkin tidak separah sekarang
D: Dulu padahal hampir loh, tahun 1980an kita sudah bikin study mengenai Jakarta dan sudah memprediksi akan macet parah kalau tidak dibangun jaringan kereta yang luas, kasus Jakarta ini lumayan unik dan ada kemiripan dengan Tokyo sebelum Ginza Subway Line dibangun. Jepang waktu itu sudah buat plot daerah mana saja yang harus dibangun subway, jalurnya ke mana saja sudah ada, rolling stock sudah dipikirkan dan bisa dirakit di Indonesia juga, kemudian sistem signal dan hal lainnya sudah dipikirkan, waktu itu sudah kami propose ke Pemerintah Indonesia dan nampaknya mereka setuju, tinggal tanda tangan beberapa kontrak saja padahal tapi pemerintah kalian akhirnya tidak mau membuat subway..sekarang mau buat MRT saja, tatanan kota kalian sudah lumayan berantakan dan lahan semakin sempit. Itulah kenapa Jepang ingin setidaknya tahun 1980 sudah dimulai pengerjaan Subway, supaya jangan kondisi sudah akut baru mau mulai dibuat.
ini sensei saya:
http://t2r2.star.titech.ac.jp/cgi-bin/r ... T100512877
http://www.ide.titech.ac.jp/~hanaoka/
On a side note: untuk yang ingin belajar S2/S3 di Jepang, Teknik Sipil bagian transportasi, saya merekomendasikan belajar di bawah bimbingan beliau.
________________________________________
Saya yang dengar itu cukup terkejut...ntah apa jadinya Jakarta jika tahun 1980an proyek Subway sudah dimulai..mungkin kemacetan tidak separah sekarang dan jalur kereta di Indonesia berkembang lumayan bagus.
________________________________________
Loop rail di Jakarta itu memang sepertinya harus ada..Surabaya, Medan, dan Semarang juga saya liat cukup perlu ada sistem closed loop rail. Loop Line ini bisa menjadi arteri kereta dalam kota, tempat hub dan feeder bertemu.
Seperti Yamanote Line dibawah ini
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/ ... aLines.png
hampir semua stasion di Yamanote Line berfungsi sebagai titik kumpul/interchange kereta commuter suburban. Dari stasion Yamanote line, commuter kemudian didistribusikan ke daerah tujuan mereka di dalam kota sekitaran Jalur Yamanote atau bisa juga tempat untuk langsung pindah ke kereta bawah tanah (subway).
Sebaiknya ada inner loop rail dan ada outer loop rail, inner loop line bisa mengambil saran dari JICA dengan existing route yang sudah ada, tinggal gimana caranya agar headway dibikin 5 menit sekali dan menghilangkan grade-crossing. Ntah jalurnya semua dibikin elevated atau semua dibuat underground.
Untuk outer loop rail kalau melihat rencana ini
bisa dibilang half loop line untuk outer section. Mulai dari Parung Panjang, kemudian menuju Citayam dan nyambung ke existing Nambo Line, kemudian jalurnya ditambah hingga melewati stasiun Cikarang dan berakhir di Tanjung Priok.
Kalau jaraknya sejauh ini loop line nya rolling stocknya kudu punya tipe kursi campuran antara longitudinal dan transverse..seperti kereta JR211 series yang melayani commuter jarak menengah (70-170km)

________________________________________
Saya juga menyayangkan pengembang daerah "up-market" seperti BSD dan Summarecon, mereka ada kesempatan bagus sekarang juga untuk membuat jaringan railway based mass transport. Mumpung belom begitu ramai dan ada area yang bisa dipakai, kenapa tidak dibuat dulu sekarang ? Padahal di daerah BSD ada keberadaan Tokyu Corporation, seandainya pengembang BSD dan Tokyu bekerja sama untuk membangun railway based mass transport, bukan tidak mungkin daerah BSDdan sekitarnya kemudian berkembang menjadi "Meguro" atau "Tama" nya Jadebotabek. FYI Kedua daerah di Tokyo tersebut adalah daerah yang dilalui kereta Tokyu Corporation dan berkembang menjadi daerah elit serta menjadi daerah favorit orang lokal untuk "tempat yang bagus untuk menetap di Tokyo".
Tokyu Corporation sendiri punya rolling stock mereka sendiri yang compatible dengan Commuter Line Jakarta, rata2 rangkaiannya dibuat oleh J-TREC (dulunya Tokyu Car), seperti Tokyu 5000 series dan Tokyu 8500 series

Tokyu 5000 series, subway compatible, rolling stock Tokyu yang lumayan banyak bertebaran di Tokyo dan termasuk modern di kelasnya

Tokyu 8500 series, subway compatible, rolling stock veteran yang juga beroperasi di KRL Jakarta
Keduanya juga memiliki panjang body "car" 20 meter, cocok dengan persyaratan rolling stock KRL Jakarta.