jalu wrote:saya lbh ndak paham lagi.....

Mmmm.... kira-kira gini,
pertama, pembakaran di mesin tidak terjadi spontan, tetapi bertahap. kecepatan dan kesempurnaan pembakaran ditentukan oleh ketepatan campuran bbm dengan udara, dan homogenitas campuran. makin tepat dan homogen, maka makin mudah dibakar dan makin cepat terbakar habis dengan sedikit residu. oleh karena itulah, sistem pengapian mengakomodasi sifat pembakaran yang bervariasi ini, sehingga tepat saat udara dan bbm terbakar hampir seluruhnya, sehingga menghasilkan panas tertinggi, dan menghasilkan tekanan terbesar (tekanan maksimum), terjadi pada sudut tertentu yang menguntungkan.
agar terjadi tenaga optimum (sesedikit mungkin bbm, namun sebesar mungkin tenaga yang dihasilkan), maka tekanan maksimum hasil pembakaran di kendaraan harus berada pada posisi tertentu.
posisi itu terjadi di TMA, tepat setelah TMA, kira2 3-8 derajat (bervariasi) setelah TMA (Titik mati atas/TDC, top dead center).
nah, kira2 disini terjadinya tekanan maksimal pembakaran, yang menonjol itu, puncaknya :
nah, kalo tekanan pembakaran maksimal terjadi sebelum derajat optimum tadi, maka piston yang bergerak ke TMA akan melawan gaya tekan hasil pembakaran. kebayang kan? piston baru naik, eh bbm meleduk duluan, jadinya piston ketahan, tapi mau gak mau tetep jalan ke atas coz sudah ada gerak inertia (akibat perputaran poros engkol dan flywheel). makanya, tekanan yang ditimbulkan tidak efektif, mengurangi power mesin, harusnya cuma langkah kompresi aja, tapi langkah kompresi diperberat dengan adanya tekanan pembakaran (preignition).
jika preignition(pembakaran dini, kira2 begitu/pembakaran sebelum waktunya/timingnya) terjadi, maka akan timbul ngelitik/knock coz adanya tekanan besar di ruang bakar. jika timing preignition terlalu maju, bukan tidak mungkin piston bolong, ato silinder pecah, ato katup cupping/pecah, ato setang piston bengkok, ato kerusakan2 mengerikan yang lain. jika preignition ringan, paling cuma ngelitik n tenaga turun. tapi gejala ini jika terjadi terus2an akan mengurangi usia mesin cukup signifikan,
sebaliknya, jika pembakaran terjadi retard (mundur) sehingga melewati derajat dimana tekanan maksimal pembakaran seharusnya terjadi, maka mesin akan kehilangan tekanan maksimal, karena seharusnya piston sudah didorong kuat ke TMB, eh, malah belum didorong, dan didorong maksimal ketika ruang bakar telah meluas (langkah ekspansi), jadinya tekanan pembakaran akan berkurang drastis karena terjadi perluasan volume secara tiba2 (akibat gerak piston ke tmb).
itulah sebabnya, kalo pengapian mundur mesin kehilangan tenaga, namun lebih mudah dihidupkan karena gaya piston untuk melakukan langkah kompresi lebih ringan. biasanya pengapian retard dilakukan untuk cranking ato start.
karakter pengapian advance, mesin lebih bergetar, lebih susah start, namun tenaga cenderung galak, cenderung ngelititk, sedangkan retard karakter mesin lembut, mudah start, namun tenaga lemah.
yang paling bagus adalah titik hampir ngelitik, yang berarti tekanan maksimal pembakaran sebisa mungkin ketika piston masih dekat TMA (ruang bakar masih sesempit mungkin, belum meluas), sehingga tekanan terbesar dihasilkan, namun masih belum terjadi preignition yang berefek ngelitik.
so, dibuatlah knock sensor untuk mengakomodasi itu. hasilnya, mobil sekarang rata2 lebih irit daripada mobil jadul padahal tenaga jauh lebih besar (yah meski bukan hanya ini saja yang berpengaruh, tapi banyak faktor juga).
hubungan itu semua dengan bbm, jika tekanan kompresi tinggi, maka bbm tidak akan tahan ketika menerima kompresi tinggi, sehingga terbakar duluan, sehingga tekanan maksimal terjadi sebelum derajat optimumya. hasilnya, tenaga berkurang.
meski pengapian disetel advance (dengan harapan bbm akan terbakar sesuai timing) tetap aja gak berpangaruh, apalagi disetel retard, makin turun lagi tenaganya.
jika mesin kompresi rendah dikasih bbm oktan tinggi,
ketika bbm dipantik api busi, bbm akan terbakar, namun belum terbakar maksimal pada derajat yang ditentukan (bbm oktan tinggi lebih sulit terbakar). hasilnya tekanan pembakaran kecil, tenaga turun. namun hal ini bisa dikompensasi dengan memajukan pengapian sehingga tekanan maksimum pembakaran terjadi pada derajat optimumnya.
lebih aman mesin kompresi rendah pake oktan tinggi daripada sebaliknya. namun tetap saja terjadi kerugian, yaitu dengan majunya pengapian, langkah kompresi jadi terhambat oleh pembakaran. jadi jika dibandingkan, mesin kompresi rendah lebih bagus pake oktan yang sesuai (rendah), dibanding pake oktan tinggi. hal itu ditambah dengan nilai kalor bahan bakar oktan rendah yang lebih tinggi (premium berkalori lebih tinggi dari pertamax).
nilai kalori, makin besar makin bagus. jika dibakar, panas yang dihasilkan makin tinggi, tekanan yang dihasilkan makin kuat,
bbm racing, umumnya berkalori tinggi, namun juga beroktan tinggi, sehingga dapat dipake pada kompresi tinggi, tak heran tenaga yang dihasilkan pun jadi tinggi. misal, mesin 125 cc gp 125 bisa diatas 60 dk, bandingkan dengan mesin biasa yang memakai bensin biasa. kalo mesin gp 125 pake premium, pasti tenaganya berkurang jauh, bisa 40 dk juga sudah hebat banget.