Ad blocker detected: Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker on our website.
"Banyak sekali rumah sakit yang berpartisipasi bukan hanya RS pemerintah, TNI/Polri, RS BUMN tetapi RS swasta pun banyak yang mendedikasikan untuk merawat COVID-19 ini," ujar Yuri saat jumpa pers melalui akun Youtube BNPB, Sabtu
Banyak rumahsakit swasta ? Rs swasta mana aja ya ?
Tentu semua RS berpartisipasi om, tapiiiii, tidak secara penuh/menyeluruh, kalo ada pneumonia yg mengarah ke covid19 ya langsung rujuk
Biasa langsung dirujuk ke rs lain kalo ada indikasi covid
Ga ada fasilitas buat obatin malah nulerin ke pasien lain lebih bahaya
Ok Om. Misal kalau ni orang ud urgent kalau butuh oxygen apa bakal dikasih? Penasaran aja karena kalau semua RS ud penuh apa RS tipe ini akan digunakan juga
Yah dicoba aja om kalo kepepet
Kalo ngobrol ama perawat rsia sih gitu bakal ditolak
Malah dokter nya cerita dapet pasien baru krn takut lahiran di rs umum jd berojol di rsia
Teringat, ada rekan kerja yg istrinya mau lahiran.
G pake lama langsung saranin pindah ke RSIA, biar proses lahirannya aman dari potensi corona
solar_kerosen wrote: Sat Mar 28, 2020 13:40
Whats up , amerika persiapqn pandemik di new york saja plg tidak butuh 28000 ventilator dan bikinnya susah harganya plg murqh 50k dolar
Bedanya lagi, kl di sono alat2nya mgk sdh bikinan sendiri, ga perlu rebutan dgn negara lain & bikin industri alkesnya meningkat, yg msh impor mgk alat deteksinya yg bikinan roche swiss.. Kl di mari mayoritas msh hrs impor, selain yg ringan2 kyk masker & apd, jadinya kudu rebutan dgn negara lain & butuh usd byk.
pengendiesel wrote: Sat Mar 28, 2020 7:00
Kalo minjam angka infected/1jt populasi punya Italy, maka yang infected di Indo sekitar 400.000 yang infected. https://www.worldometers.info/coronavirus/
Hmmmm....semoga nggak. Sekedar teori konstipasi
Di thread yang dilock kalo gak salah inget ada yang bilang ngapain bingung, very low mortality rate, jumlah koit gak sampe 10.000 (saat itu).
Well, anda yakin kalo low mortality rate itu bagus?? Ane sempat posting link ulasannya di page2 sebelum ini.
Misal ada 2 macam penyakit menular lewat kontak fisik.
Penyakit A mortality rate 95%. 100 orang infected, 95 dipanggil, 5 hidup.
Penyakit B mortality rate 5% (macam covid). 100 orang infected, 5 dipanggil, 95 hidup.
Plusnya penyakit B : kalo tertular, peluang hidup gede.
Minus penyakit B : ada pasukan 95 orang yang siap menyebarkan penyakit ini ke lebih banyak orang lagi.
Sedangkan di penyakit A, pasukan penyebarnya udah banyak yang dipanggil, hanya 5 orang yang bisa menyebarkan penyakit tsb.
Mungkin banyak rakyat kita yang masih belum paham bahaya di balik low mortality rate dan kenapa kita harus diam di rumah.
Jawabannya ada di kalimat om terakhir "harus diam dirumah" alias isolasi.
Selama isolasi terjadi, otomatis bahaya penularan menjadi rendah. Toh tingkat kematiannya jg rendah bukan ? Selain itu jg harus diperhitungkan juga faktor imunitas , dan pola hidup bersih dan sehat.
Ukuran sebuah negara bukan besarnya , bukan berapa banyak orgnya tapi bagaimana negara memperlakukan rakyatnya...
.... *BANGUN DARI MIMPI
Tetangga nanya, Kalo karantina wilayah negara ngasih kita beras, telor dan migor ga ya ?
Sy jawab "kita kan produsen sawit terbesar dunia, migor pasti dikasih banyak dan gratis pak. Terus bapak sering liat demo anti impor beras kan ? Jadi beras juga berlimpah pasti gratis 20 kg sebulan" *Tutup pintu pelan pelan...
Ohh tentu saja ferguso... coba aj jalan2 ke daerah yg socioeconomy k bawah macam priok cilincing dan sekitar.. boro2 physical distancing, yg ad muka nya pd hepi2 lg liburan panjang, saban hari nongkrong rame2
Mungkin ud saat nya polisi2 sini pake cara india, di pecut sambit kl ketemu wara wiri di jalanan..
Mental issues sparked by pandemic could be 'silent killer': Red Cross
Nina Larson | Agence France-Presse | Geneva
Jakarta / Sat, March 28, 2020 / 02:08 pm
The Red Cross called Friday for increased psychological support to health workers and others fighting the COVID-19 pandemic, warning of rising suicides as a result of pressure and isolation.
Countries around the world have taken dramatic measures to try to halt the spread of the virus, which first emerged in China late last year, with more than three billion people now living under lockdown.
The demand for psycho-social support has "increased significantly" since the start of the crisis, said Jagan Chapagain, the secretary-general of the International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).
In an interview with AFP, he said he understood that providing mental health support "may not be very high on the agenda as we are trying to contain the virus," but stressed that the issue is important and "impacts millions and millions of people."
"I think that could be the big silent killer if sufficient attention is not paid to psychosocial needs and mental health needs," he said.
IFRC president Francesco Rocca agreed, telling journalists in a virtual briefing Friday that "the risk of suicide is increasing with the isolating of people."
The strict rules against gatherings and on maintaining physical distance from other people are expected to slow down the spread of the virus, which has claimed nearly 25,000 lives and infected more than half a million people worldwide.
But they are also clearly increasing levels of stress, depression, anxiety and other mental health issues.
Chapagain said increased stress also "affects many other health conditions."
"Higher stress means lower immunity. It impacts on your health, on your social relationships," he said, also pointing to reports of more domestic violence as families are cooped up together in a stressful environment.
"Psycho-social support... is terribly needed," Rocca said.
Read also: Echoes of Great Depression as Australian jobless queue for help
No hugs
He and Chapagain acknowledged that there were no statistics available yet to prove mental health issues and suicides are increasing, but said the discussions they are having with health workers and others clearly point in that direction.
"We know that this is the trend," said Rocca, who was speaking from his home country Italy, where he has been touring hard-hit medical facilities.
For "fragile people, there are a lot of consequences of being isolated," he said, adding that a few days ago an Italian nurse had committed suicide just days after testing positive for COVID-19 because she feared she had spread the disease to others.
Rocca spoke about the strain felt by health workers, and the Red Cross volunteers who sometimes assist them, when they cannot provide physical human contact to comfort patients and their families.
"We are missing... the hug," he said, describing how he himself felt earlier this week when a volunteer told him her mother had just died.
"I couldn't hug her. She was crying two meters away from me... And I couldn't hug," he said, adding that the pandemic in this respect was worse than other crises.
"Even in the conflict areas we can hug each other when we are afraid. The terrible thing of this (pandemic) is the lack of the human touch, the physical human touch," he said.
Rasanya miris ngeliat perawat di Italia yg bundir akibat terpapar corona, smg hal yg sama ga terjadi disini. Apalg kultur masyarakat sini yg guyub secara tidak langsung dipaksa untuk beradaptasi menjadi individualis akibat anjuran social/physical distancing ini yg mungkin aja bs berpengaruh besar terhadap kesehatan mental masyarakat kita, seharusnya pemerintah juga mulai memikirkan serta memitigasi dampak psikologis dari pandemi ini entah pada nakes maupun masyarakat umum
Chester Bennington 1976-2017, gone but not forgotten "I've become so numb, I can't feel you there. Become so tired, so much more aware"
Ohh tentu saja ferguso... coba aj jalan2 ke daerah yg socioeconomy k bawah macam priok cilincing dan sekitar.. boro2 physical distancing, yg ad muka nya pd hepi2 lg liburan panjang, saban hari nongkrong rame2
Mungkin ud saat nya polisi2 sini pake cara india, di pecut sambit kl ketemu wara wiri di jalanan..
IYA PAK
Coba liat ini di afrika aja mereka bisa disiplin physical distancing :
Rapid Test Covid-19, Dokter hingga Ahli Kompak Usulkan PCR
Dokter dan para ilmuwan muda mengusulkan agar pemerintah menggunakan metode PCR ketimbang serologi dalam rapid test Covid-19, agar lebih efektif.
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah disarankan untuk menggunakan pemeriksaan rapid moleculer test berbasis PCR dalam pemeriksaan infeksi virus corona (Covid-19). Saat ini rapid test yang dilangsungkan masih memakai metode serologi atau dengan mengambil sampel darah.
Sementara metode PCR atau Polymerase Chain Reaction menurut para dokter dan ahli dinilai lebih akurat mendeteksi virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menduga masih banyak kasus di tengah masyarakat yang belum terdeteksi. Kondisi ini menurut dia berpotensi meningkatkan penyebaran transmisi lokal sebab orang yang membawa virus tak cepat terdeteksi.
Itu sebabnya diperlukan metode pemeriksaan yang bisa lebih lekas mendeteksi virus corona.
"Sebenarnya yang lebih cepat adalah, bagaimana kami usulkan, terdapatnya pemeriksaan rapid molekuler test yang berbasis PCR. Sehingga dengan rapid molekuler test yang berbasis PCR ini dalam dua jam bisa dilakukan dan itu bisa disebar di beberapa RS rujukan atau RS itu bisa melakukan tes. Sehingga, tidak perlu menunggu," tutur Agus dalam wawancara di CNN Indonesia TV.
Dengan pemunculan fakta bahwa Candi Prambanan dibangun oleh sekumpulan Jin, yang dikisahkan secara turun-temurun, bahkan dituliskan dalam buku-buku sekolah sejak kelas Sekolah Dasar (SD), kita pun mewarisi keyakinan buruk bahwa Candi tersebut merupakan Mahakarya para makhluk halus yang berasal dari dunia antah-berantah.
Oya bagi yg percaya indo punya pasukan jin / ttuyul / jenggot
Breaking news : memang benar ada!! Sy dapet info dr dunia sebelah tesebut
Tapi infonya berhubung semua jin / tyul tersebut skrg udah tua dan komorbid semua (bikin candi prambannan dulu waktu masih muda dan kuat), ditambah di dunia ghaib ternyata tidak ada parasetamol apalagi rumah sakit, berita buruknya semua penghuni alam ghaib indo per hari ini udah tewas semua
Jadi buat calon presiden yg sebelom pemilu biasa ke gunung utk summon, sy sarankan spritiual distancing ajah
Dengan pemunculan fakta bahwa Candi Prambanan dibangun oleh sekumpulan Jin, yang dikisahkan secara turun-temurun, bahkan dituliskan dalam buku-buku sekolah sejak kelas Sekolah Dasar (SD), kita pun mewarisi keyakinan buruk bahwa Candi tersebut merupakan Mahakarya para makhluk halus yang berasal dari dunia antah-berantah.
Oya bagi yg percaya indo punya pasukan jin / ttuyul / jenggot
Breaking news : memang benar ada!! Sy dapet info dr dunia sebelah tesebut
Tapi infonya berhubung semua jin / tyul tersebut skrg udah tua dan komorbid semua (bikin candi prambannan dulu waktu masih muda dan kuat), ditambah di dunia ghaib ternyata tidak ada parasetamol apalagi rumah sakit, berita buruknya semua penghuni alam ghaib indo per hari ini udah tewas semua
Jadi buat calon presiden yg sebelom pemilu biasa ke gunung utk summon, sy sarankan spritiual distancing ajah
Ohh tentu saja ferguso... coba aj jalan2 ke daerah yg socioeconomy k bawah macam priok cilincing dan sekitar.. boro2 physical distancing, yg ad muka nya pd hepi2 lg liburan panjang, saban hari nongkrong rame2
Mungkin ud saat nya polisi2 sini pake cara india, di pecut sambit kl ketemu wara wiri di jalanan..