Setuju dengan pendapat ini.Trozakitara wrote: Wed Aug 09, 2017 3:51Yup, mungkin saya kurang sering bawa sedan ke luar kota.. Dari jaman dulu naik Corolla gti Jkt-Sby PP, All New Civic Jkt- Yogya PP, E220 Jkt-Yogya PP, gantian nyetir Audi A6 Jkt-Yogya PP, Jkt- Bandung pakai E90, berapa kali pakai mobil kantor Camry gen 3 ke Cirebon..n jaman kecil sering ma keluarga Jambi-Jkt-Sby, paling jauh sampai Bali naik DX... jadi sedan yang selayaknya sedan seperti apa?? Point saya adalah bukan di mobilnya, saya tidak terlalu tahu tentang blindspot samping, efek limbung, dan toleransi kesalahan.. yg pasti 99% saya mengemudi saya melihat ke depan,saya tidak tahu kalau ada driver lain yang 50% saja lihat depan.. dan di jalanan sekarang yang mayoritas diisi mobil tinggi (non sedan) pandangan saya ke depan lebih jauh jika naik sebuah SUV dibanding sebuah sedan. Well, saya sangat salut jika ada yang sering keluar kota bisa mencapai 180 kpj dan meliuk-liuk (apapun itu sebenarnya), mungkin karena usia saya sekarang paling top speed di sekitar 150 dan tikungan yg curve paling kencang 70an. Begitu saya baca 180 kpj dengan rasa aman meliuk-liuk, saya langsung terbayang Takumi Fujiwara. Menurut saya, perjalanan ke luar kota sekarang ini, lebih baik naik non sedan, karena faktor jalanannya yang memang mayoritas diisi non sedan, dan faktor jalan yang masih banyak kejutannya. Non sedan lebih fleksibel jika ada perbaikan jalan.. jika ada jalan darurat ( yang sekarang banyak).. jika terpaksa memakai bahu jalan yang kebanyakan di luar kota masih tanah dan turun naik.. jika ingin mencoba jalur alternatif yang belum pernah dilewati.. jika di dim dari arah berlawanan.. jika saat overtaking di arah lawan ada bis atau kendaraan besar..Pugman wrote: Tue Aug 08, 2017 16:47Kayanya si Om belum pernah bawa sedan sampai luar kota, kalau gitu Om coba dulu nyetir sedan buat luar kota. tapi sedan yang bener, sedan yang punya handling, bantingan suspensi dan tenaga mesin selayaknya sedan.Trozakitara wrote: Fri Jul 21, 2017 7:10 Kalau cari mobil yang bisa dipakai dalam dan ada rencana bepergian ke luar kota, menurut saya lebih baik pilihan Altis dicoret. Bukan apa-apa, saat ini semakin jarang sedan di jalur luar kota, apalagi dibandingkan SUV atau MPV. Posisi menyetir yang lebih tinggi secara psikologis menyebabkan lebih PD dan lebih merasa aman di jalan, selain memang kalau jalanan di luar kota banyak jalur yang masih belum mulus untuk sebuah sedan.
Kalau antara Xtrail t30 dan CRV gen2, ada plus minusnya: xtrail bensin lebih boros, xtrail akomodasi penumpang terbatas 5 penumpang dan sempit. CRV gen 2 sendiri akomodasi penumpang 5+2, jok paling belakang cocoknya untuk anak kecil. Khas Honda, walau dia mencoba membuat sebuah SUV, tapi menurut saya feel SUV nya kurang dapat, CRV gen 2 lebih terasa sedan daripada sebuah SUV. Ga tau kenapa, saya lebih suka menyetir CRV gen 1 daripada CRV berikutnya.
Jika dibandingkan antara dua di atas tadi, saya akan lebih memilih CRV gen 2, salah satu alasannya karena xtrail terlalu enak untuk luar kota, sehingga tidak terasa speed sudah tinggi, mempertimbangkan umur dan penumpang (keluarga), saya lebih memilih mobil yang tidak terlalu kencang..![]()
Dan sesuai teori kesetimbangan dan Juga COG, Posisi duduk lebih tinggi memberi keuntungan pandangan kedepan lebih baik tapi lebih banyak blind spot disisi samping. GC tinggi memang memberi keuntungan dijalan yang tidak rata tapi menimbulkan efek limbung lebih besar dan toleransi kesalahan yang lebih sempit karena koreksi kesalahan agak lebih sulit dibandingkan sedan, jadi yang terasa benar secara psikologis belum semuanya sesuai secara teknis dan ingat, bahkan moose test hanya perlu 60 kpj untuk membuat sebuah big suv/ d-cab hampir terbalik.
Kalau CRV bisa mencapai 180kpj dengan rasa aman maka anda bisa meliuk-liuk dengan penuh gairah dikecepatan yang sama dengan sebuah Civic. Dari pengalaman saya menelusuri jalan pegunungan (bukan offroad) Seperti puncak, gentong, nagrek, palabuhan banten, wadas lintang, dago, pelabuhan ratu, pantai ayah tanpa masalah dengan sedan. Jalannya tidak semua bagus tapi juga ga pernah mentok.
Saya rasa memang setiap kategori mobil ada kelebihannya, sedan.. SUV.. MPV.. X over. SUV sendiri sekarang banyak yang memiliki naikan hampir setara sedan (terlepas dari selayaknya sebuah sedan) ditambah keunggulan GC. CRV itu sudah salah satu SUV yang naikannya rasa sedan, Honda gitu loh.. Tapi jika mencari SUV yang bisa untuk manuver-manuver cukup ekstrim, coba SUV AWD.. lengket ke jalan.. Tapi Altis juga bagian dari keluarga Corolla yang melegenda, sehingga Altis juga salah satu sedan yang terbaik. Kembali ke jalan, saya pernah survey waktu di peristirahatan tol Cikampek.. Dari 30 mobil yang parkir di sekitar saya parkir (diluar truk dan komersial), sedannya ada 2, jadi apakah 28 driver ini tidak pernah ke luar kota dengan menyetir sedan yang selayaknya sedan..? atau karena alasan tertentu?..dunno lah.. Atau mungkin ke depannya jalan tol trans jawa tersambung dan kebanyakan jalan mulus halus lurus sehingga yang memilih sedan untuk ke luar kota semakin banyak, bisa jadi, tapi saat ini jika ada orang yang ke luar kota saya tetap akan sarankan non sedan..hanya sebatas pendapat saya..
Kalau nyetir luar kota, plus minus semua aspect, non sedan masih lebih baik. Dengan asumsi ke luar kota dimaksud masih majority non toll.
Kalau toll semua maka sisi keunggulan sedan bs lebih bisa dimaksimalkan.
Soal speed ke luar kota, sangat jarang saya nemu yg bisa 180 kpj juga.
Banyakan masih 80 ke 100 kmpj. itupun kalau gak ketemu truk dan jalan lurus dan sepi.
Ada satu moment saat mudik lebaran kemaren...saya buntuti Mercy E200 kompressor di Lintas Timur Sumatera, antara Merlung ke arah Seberida.
Dia menang power dan handling. Saya pakai MuX menang torsi dan GC (ban tinggi).
Jalan campur campur, kadang mulus lurus, tapi gak nyampe 1 kilo sudah pengkolan lagi. Kontur jalan banyak yang gruntul, keriting, tapi bukan lubang.
ada juga aspal yang meler kayak selai yang mengeras...(yg biasa lintas sumatera pasti hafal).
Nah, speed paling sering sih 80 ke 120 saja...
Saya tempel terus dari belakang, dan dia ngacir...ketemu jalan agak jelekan dia melambat saya pepet terus...
lama lama (entah capek supirnya entah mikir kaki kaki mobilnya ) dia pun minggir dan kasih jalan ke saya...
Tapi LC 200 diesel di Pangkalan Kerinci saya jabanin...gak terkejar....aspal gruntul, sambungan cor disikat semua tanpa ngerem....
betul betul cocok jadi mobil juragan sawit
**) kisah ini gak berlaku kalau di toll cipali