nahh sy tidak partisan politik tapi ini juga jadi concern yang cukup serius... krn roadmap ekonomi kita sejak orba blakangan lebih ke membangun infrastruktur fisik (jalan raya, jalan tol, bandara)... drpd fokus ke pangan yang malah kaya sekali di bumi indonesia. baru blakangan aja rame ngomongin lumbung pangan.TUFF Stough wrote: Mon Mar 01, 2021 3:57dari pendidikannya sendiri yg membentuk pola pikir bahwa lulus sekolah harus kerja jadi karyawan.evanbngdor wrote: Mon Mar 01, 2021 2:17
Masalahnya masih banyak banget orang tua, terutama generasi baby boomers itu pemikirannya masih harus mengarahkan anak ke profesi2 yang terlihat beken dan jelas karir nya di indonesia. Contohnya anak diarahkan untuk jd dokter, apoteker, guru, insinyur, PNS, dll.
Ngga pernah tuh saya denger ada orang yg mengarahkan anaknya ke bidang profesi seni rupa, pebisnis atau industri kreatif lainnya, kecuali yg orang tua nya di bidang itu jg.
Ya balik lg alhasil jdnya makin lama mungkin makin sedikit itu masyarakat indonesia yang mau berprofesi di bidang agraris. Yg skg lg mulai naik daun itu para UMKM/pebisnis muda di bidang pengelolaan sampah. Itu jg pasti mereka inisiatif sendiri bukan arahan dr orang tua
![]()
gak ada yg mengajarkan lulus sekolah jadi petani, peternak, ato nelayan. meskipun sebenarnya profesi basic ini dalam kondisi darurat dan amat sangat butuh refreshment terutama di bidang teknologi.
with all due respect ya tidak membela atau membenci kelompok tertentu. sy tetap anggap infrastruktur fisik penting kalo gak ada jalan tol jg kita susah sendiri uda terbiasa dengan gaya hidup urban pake mobil dll.
makanya di masa pandemi gini kita kedodoran banget urusan perut. negara ga bisa jamin perut rakyatnya krn ga ada duitnya (well, debatable juga sih ini ga ada duit vs duitnya abis entah kemana).
dan rakyat di kota ud tidak terbiasa menanam bahan makan sendiri...
makanya ga sdikit juga yang di era pandemi mulai tanam tanam hidroponik buat konsumsi pribadi atau dijual murah ke pasar atau tetangga. yang skala masif hasil kebunnya dijadiin bisnis eco tourism.
kalo ingat kapan lalu ada berita suku badui 0 kasus covid... konon katanya mereka secara mandiri sudah "lockdown" krn jarang sekali orang luar daerahnya datang dan ngga pusing urusan perut krn terbiasa hidup agraris bertani di sekitar rumahnya masing-masing.
yang di kota gak kerja ya gak makan... karantina 14 hari bosnya bayarin biaya perawatan itu hanya di perusahaan PT besar aja dan itupun gak semua, yang kerja nonformal harian ? jangan harap. bisnisnya lg sepi kok disuruh bayarin karantina 14 hari.
mungkin ke depan bisnis yang bakal beken ya bisnis bahan pokok dan eco tourism ya... sy mulai lihat beberapa daerah banyak yang bikin restoran berkonsep eco-tourism mandiri jd hasil tanamannya dijual di restoran. 2 minggu berturut-turut ini kebetulan sy makan di 2 kota berbeda dengan restoran yang konsepnya hampir-hampir mirip.