Mobil Indonesia, Bukan Mimpi

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

User avatar
adjokasep
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 526
Joined: Mon Nov 06, 2006 4:53
Location: Jakarta

Mobil Indonesia, Bukan Mimpi

Post by adjokasep »

memang Basbang sih, tapi menurutku BagBang...

Mobil Indonesia, Bukan Mimpi

Usaha menciptakan mobil Indonesia dengan harga terjangkau terus berlanjut. Riset menjadi unggulan nasional

Pagi itu, 18 September 2003, langit di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru, Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, terlihat cerah. LIK, yang berdiri sejak 1982 di atas lahan lebih dari 9 hektare, mulai terlihat denyutnya. Ramai dengan suara mesin las, bubut dan gergaji yang menderu. Suara riuh ini seakan menyambut pencanangan proyek kerja sama produksi dan pemanfaatan engine multiguna antara PT Surya Pantura, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Kabupaten Tegal, yang ditandatangani pada hari yang sama.

Berbeda dengan proyek mobil nasional (Mobnas) -diputuskan melalui Inpres No. 2/1996- yang mengimpor langsung produknya dari Korea Selatan, dalam rencananya kali ini, Kamsi Ranosaputro, Direktur Utama PT Surya Pantura, tidak muluk-muluk. Ia ingin melibatkan industri hulu sampai hilir yang ada di Tegal dengan melibatkan ratusan pengusaha kecil yang tergabung dalam Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru melalui cluster system. Menurut Dinas Perindutrian Perdagangan dan Tenaga Kerja. Kab. Tegal, 2.761 perajin logam akan terserap dalam proyek ini. Rancang bangun mesinnya 100% dikerjakan oleh putra Indonesia. Produknya berupa mobil angkutan ekonomis yang terjangkau bagi dunia usaha. Bekerja sama dengan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Kamsi menjagokan mesin aluminium mulitiguna 500cc.

Mesin ini dirancang oleh nama yang tak asing lagi di industri otomotif nasional, Suparto Soejatmo, Presiden Direktur PT Indo Tekno Mandiri (ITM). Mantan Direktur Utama PT Timor Distribusi Nasional ini memperoleh bantuan dari DR. Utama H. Padmadinata, Director For Material Technology Center, BPPT dan tim. ITM telah menghasilkan sejumlah mesin yang beberapa di antaranya sudah diproduksi masal.

Mobil Indonesia

Dalam wawancara dengan BusinessWeek Indonesia bulan lalu, Suparto bersemangat mewujudkan proyek ini guna menghadirkan mobil yang bisa dibeli oleh masyarakat. “Mobil Indonesia”, demikian Suparto menyebutnya. Mesin 500cc sengaja dipilihnya,”Supaya tidak head on dengan saudara-saudara tua kita,” tuturnya. Di Indonesia saat ini belum ada mobil yang bermain di kelas 500cc. Pesaing terdekatnya adalah Daihatsu Ceria 600 cc. “Tapi itu di Malaysia. 600cc versi yang paling murah, di sini mereka tidak masuk,” ujar Suparto. Selain cc yang rendah, desain mobil juga dibuat serbaguna. “Sehingga selain bisa untuk mobil penumpang, mobil ini juga bisa dipakai untuk mengangkut produk-produk pertanian,” tuturnya.

Kemampuan Suparto untuk merancang bangun mesin tidak lagi diragukan. Ia sudah merancang 4 buah mesin, diantaranya adalah mesin 1 silinder disel horizontal—yang sudah menjadi prototype dan diproduksi untuk alat pertanian oleh PT Nefa, di Tegal—mesin disel 1600cc dan 1300cc 4 silinder Indirect Injection (IDI) dan mesin disel 5 silinder 2500cc Direct Injection, twin cam, 4 valve yang dilengkapi turbo intercooler, serta mesin motor bensin 2 silinder 500 cc, yang sekarang menjadi proyek unggulan RUSNAS (Riset Unggulan Strategis Nasional) BPPT. “Dengan blok yang sama, mesin itu bisa menjadi mesin disel dengan perubahan yang sangat minor, dan bisa double, ke gas dan bensin,” ujar Suparto.

Kerjasama Suparto dengan BPPT dimulai pada 2001. Saat itu Suparto diundang BPPT untuk menghadiri satu seminar mengenai riset material. Di sana Ia bertemu DR. Utama, Direktur Teknologi Material BPPT. Proyek mesin aluminium yang dikerjakannya mendapat dukungan dari material yang kebetulan telah dikaji BPPT. Posisinya sebagai salah satu Ketua Jaringan Usaha Mandiri Indonesia (JUMI) kemudian membawanya bertemu dengan Menristek Hatta Rajasa dan membuat proyek ini menjadi Riset Unggulan Nasional (RUSNAS).

Menurut Utama, dalam wawancara dengan BusinessWeek Indonesia, program RUSNAS yang dimulai pada 2002 merupakan bentuk dari misi BPPT menjadi agen pembangunan dan mitra terpercaya bagi industri di bidang teknologi. Proses merancang mesin dan membuat prototype engine pertama, telah selesai Desember, 2003. “Kalau dilihat dari siklus mesin, kita tidak mulai dari nol,” ujarnya, karena itu, setelah proses rancang bangun mesin dari PT ITM jadi, “BPPT punya kewajiban untuk mewujudkannya,” tambahnya lagi. Dari prototype pertama, menurut Utama, akan dilakukan modifikasi dan pengujian di Balai Teknologi Thermodinamika Motor dan Propulsi. Pengujian ini meliputi simulasi beban, tanjakan, turunan dan emisi. Setelah itu baru diuji jalan. “Kita sudah ada satu MOU dengan Kancil, yang sekarang menggunakan mesin dari Jepang,” ujarnya.


Rp2,5 miliar

Kementrian Riset dan Teknologi bertanggung jawab atas dana program RUSNAS ini. Pada 2002 BPPT dan ITM telah memperoleh bantuan sebesar Rp500 juta, ditambah Rp1 miliar pada 2003.. Tahun ini, BPPT berencana mengajukan dana sebesar Rp 1 miliar untuk pembuatan prototype tahap ke-2. Dana ini menurut Utama tinggal menunggu persetujuan dari Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan.

Masalah pendanaan ini pula yang jadi keluhan Suparto. ITM mengajukan dana Rp1,5 milyar untuk rancang bangun prototype kedua,. “Kalau anggarannya ditekan, produksinya akan jelek,” ujar Suparto. Biaya terbesar ada di pengadaan peranti lunak asli yang seharga $70 ribu. Menurut DR. I Nyoman Jujur, Material Engineer, BPPT, apabila dana tersedia, diharapkan target uji tahun ini bisa terlaksana. “Selanjutnya kita akan membuat kira-kira 10 prototipe lagi,” tutur Nyoman. Pada Oktober tahun ini, BPPT akan mencoba mengganti penggunaan bahan bakar bensin dengan bahan bakar gas. “Kita juga mencoba mengganti karburator menjadi injection untuk mengantisipasi aturan pemerintah pada 2005,” tuturnya.

BPPT menargetkan konten lokal di atas 90%. Dengan kondisi ini, menurut Utama, proyek ini bisa bermanfaat bagi industri komponen di Tanah Air dan menciptakan lapangan kerja. “Itulah tujuan utama BPPT, sehingga IPTEK benar-benar bisa teraplikasi ke masyarakat,” ujarnya. Untuk mewujudkannya butuh waktu yang panjang. “Secara bertahap bisa 10 tahun,” ujar Suparto. Ketika mesin sudah jadi semua lalu tergantung pada investor seperti Kamsi. “BPPT bukan investor, mereka membantu kita. Kalau tidak ada BPPT pun kita jalan, tapi pelan-pelan,” ujar Suparto. Dengan adanya BPPT dan RUSNAS proyek ini diharapkan lebih cepat terlaksana.

Kuncinya ada di niat politik pemerintah. Menurut Suparto, harus ada komitmen bersama dari pihak-pihak terkait, termasuk lembaga internasional supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan. “Kita tidak akan minta proteksi. Tapi pemerintah bisa bilang ke WTO untuk mobil 500cc, pajaknya sekian,” ujarnya. Suparto juga tidak takut bersaing. “Saya siap diadu, kalau mesin saya jelek, masak ada orang Iran datang ke saya, juga orang Turki dan China?” tambahnya lagi. Rancang bangun mesin PT ITM, menurut Suparto, selalu memakai standar internasional. “Tapi ada yang saya rubah sehingga cocok dengan iklim yang ada disini,” ujarnya. Mesin 1240 cc, yang dulu dipesan untuk Timor—dan rencananya menjadi proptotype mobil nasional—kini telah jadi dalam bentuk satu unit mobil utuh dan sudah digunakan.

Dari sisi investor, Kamsi menyatakan siap. Walau tidak menyebut angka, PT Surya Pantura menurut Kamsi sudah mengalokasikan dana untuk memproduksi 5000 unit mesin per tahun. Kegiatan pabrikasi untuk proyek otomotif ini, menurut Kamsi, sudah dipersiapkan sejak November tahun lalu dan rencananya dimulai pada Juni tahun ini. Dari sketsa yang diperoleh BusinessWeek Indonesia, mobil ini akan dibuat dengan berbagai varian seperti sedan, pick up, dari mulai yang sederhana hingga yang mewah. Model awal rencananya akan dijual dengan harga di bawah Rp30 juta. Dengan disertai sertifikasi dari BPPT, Deperindag dan Departemen Perhubungan, mobil ini siap mengisi ceruk pasar mobil murah di Indonesia—demi mewujudkan sebuah mimpi, “Mobil Indonesia”.

“ Harus Jadi Prioritas ”
Soehari Sargo, Pengamat Otomotif, tanggal 27 Januari di Jakarta

Ada rencana membuat mobil nasional 500 cc. Apakah bisa bersaing?

Sebetulnya, kebutuhan Indonesia begitu besar, dari Jaguar di kota besar sampai yang paling sederhana di pelosok-pelosok. Jadi peluang pasarnya ada, karena kalau kita lihat di daerah-daerah, daya belinya sangat rendah dan juga kondisi infrastruktur masih sangat sederhana. Yang penting, pola transportasi atau pola penggunaan kendaraan berbeda dengan yang ada di kota-kota. Kalau di desa, mereka menggunakan kendaraan tidak hanya untuk pribadi tapi juga untuk mengangkut barang. Masuk ke sawah-sawah. Sehingga, akan sangat bermanfaat kalau ada kendaraan yang membantu dalam kelas harga maupun dalam fungsinya. Sebagai contoh di Jepang. Waktu Jepang baru selesai perang, ada kendaraan-kendaraan kecil, bahkan bemo, seperti Mazda kotak dsb. Demikian juga di India dan Thailand. Jadi kalau dilihat dari situ, seharusnya peluang pasarnya ada.

Apakah tidak akan bersaing dengan mobil sejenis yang cc-nya sama, yang akan datang dari Cina?

Itu juga menarik untuk dilihat. Namun untuk sementara ini, nampaknya belum ada. Pemain-pemain ini lebih banyak memperhatikan segmen sedan yang di atas 1500cc, itu satu. Yang kedua, China misalnya, sekarang lebih banyak memperhatikan pasar dalam negerinya yang sudah mencapai 4 juta dalam setahun. Walaupun daya beli masyarakat China masih agak rendah, permintaan begitu besar. Pemain-pemain otomotif dunia juga tidak meminati yang (cc-nya) kecil-kecil ini.

Apakah program ini membutuhkan proteksi dan dukungan penuh dari pemerintah?

Saya melihatnya bukan proteksi seperti yang berlaku dulu, tapi lebih pada pengembangan pasar. Misalnya, KUD dan usaha kecil mendapat fasilitas yang lebih baik untuk memiliki kendaraan. Kalau fasilitas dari sisi perpajakan saya kira itu sudah karena semua diproduksi di dalam negeri. Ada sebagian kecil yang diimpor tapi bea masuknya rendah. Sebentar lagi pasti nol dan karena itu tidak akan terkena pajak barang mewah hanya PPN saja. Jadi dalam konsep seperti itulah yang dimaksudkan sebagai proteksi. Kalau saya mengatakannya prioritas.

Bagaimana political will dari pemerintah karena ini sekarang ‘kan menjadi RUSNAS?

Yang masih ditunggu adalah kesinambungan dari program RUSNAS sampai ke kebijakan industri dan perdagangannya. Nah, ini yang belum. Itu urusannya kabinet.

Kalau melihat daya beli masyakarat, mobil dengan harga berapa yang mampu terserap oleh pasar?

Sekarang kalau dilihat pasarnya, kira-kira 70% penjualan ada di Jabotabek dengan harga rata-rata antara Rp150-200 juta. Artinya, masyarakat tipikal di Jabotabek sudah mampu membeli mobil dengan harga tersebut. Dan kalau kita lihat dari GDP regional, ada daerah yang kaya dan daerah yang terbelakang. Kalau harganya antara Rp100-150 juta, pasarnya terbatas di daerah yang sudah maju atau di kota-kota besar. Sementara di daerah-daerah, saya yakin mereka kurang tertarik. Kalau harganya bisa di bawah Rp50 juta saya rasa akan sangat kompetitif.

Ada kemungkinan bersaing dengan produsen lain seperti dengan Daihatsu Ceria yang 800cc?

Itu teknologinya beda. Kalau yang murah (teknologinya) masih sangat sederhana, tidak pakai karburator, tidak pakai AC, dan bodinya juga disederhanakan. Sejauh itu manfaat proyek ini harus didukung karena dulu ada Maleo. Yang menentukan nanti adalah pasar. Sekarang, bagaimana menumbuhkan pasar dengan memberi prioritas dan pengarahan-pengarahan.

Spesifikasi Mesin “Mobil Indonesia”

Tipe mesin: Bensin 4 langkah, 2 silinder SOHC, 2 valves

Total kapasitas silinder: 485 cc

Bore X Stroke: 65,5 mm X 72 mm

Rasio kompresi: 9:1

Tenaga maksimal: 23 kW (31 HP)/4000 rpm

Torsi maksimal: 55 Nm/3000 rpm

Putaran mesin (Rpm) maksimal: 6000 rpm

Langsam (idle speed): 700 rpm

Klep masuk (intake valve): 31,8 mm

Klep pembuangan (exhaust valve): 27 mm

Bahan baku blok silinder: AI (AC4B)

Bahan baku kepala silinder: Al (AC4B)

Sistem pendingin: Air

Sistem pengapian: CDI Distributor Less

Sistem bahan bakar: Karburator (pompa bahan bakar elektris)

Kapasitas oli: 3 liter

sumber: http://72.14.253.104/search?q=cache:9vK ... =clnk&cd=6
User avatar
Turboman
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 21988
Joined: Mon Dec 12, 2005 5:14

Post by Turboman »

IMHO :

Cara yg smart telah dilakukan China & India dalam membangun industri otomotifnya.

Pada tahap awal mereka bekerjasama dengan pabrikan otomotif Global / membeli blue print dari industri otomotif Global.

Lihatlah TATA yg dulu pernah bekerjasama dengan Mercedes, Bajaj roda tiga yg kita lihat setiap hari itu bisa kita lihat kembarannya di Italy buatan Piaggio. FAW (China) dengan Volkswagen, Brilliance automotive (China) dengan BMW, dll.

Jaman dahulu Korea pun juga membeli blue print dari industri otomotif Jepang, Hyundai yg membeli dr Mitsubishi, KIA dari Mazda, Samsung dr Nissan, dll.

Nah setelah kondisi finansial mereka kuat, brand sudah dikenal luas & awarenessnya tinggi, jaringan distribusi luas, dan mereka sudah cukup kuat mengembangkan mobil sendiri, akhirnya pelan2 mereka mengembangkan mobil berdasarkan disain & rancang bangun mereka sendiri. hal hal yg mereka belum kuasai mereka Out Source ke persh. konsultant otomotif ternama spt AVL, Ricardo, Pininfarina, Ital Design, VM Motori, dll.


Industri Automotive dewasa ini enggak hanya sekedar membuat mobil yg baik, mesin yg baik, tetapi juga yg harus dipertimbangkan adalah faktor pemasaran, brand awareness yg tinggi, distribusi, dll. Industri automotive yg tumbuh sukses dan berkembang menjadi besar adalah mereka yg sukses bertransformasi menjadi sebuah "Marketing Company" seperti Toyota, BMW, dll.


Cipatakan dahulu jenis produk yg sesuai dengan kebutuhan pasar, produksi bisa di outsource kemana saja bila volume pejualan masih kecil, kembangkan Brand Image (ini sgt penting), disain produk (ext., int., mesin, suspensi, dll.) bisa di outsource ke persh. konsultant otomotif berpengalaman / membeli blue print dr industri otomotif Global.

Kalau produks sudah diterima baik oleh pasar, barulah dipertimbangkan utk membuat production facilities sendiri.

Seteleh kondisi finansial lebih kuat & sudah menimba banyak pengalaman dr pasar, barulah pelan2 mendisain produk secara mandiri dan meninggalkan ketergantungan thd. industri otomotif besar penyedia blueprint / persh.2 konsultant otomotif.

Dan jangan lupa faktor regulasi utk investasi, suku bunga bank, insentif pajak, RUU tenaga kerja harus mendukung utk mencapai terciptanya sebuah industri yg sehat.

Dan utk indsutri besar spt otomotif, dukungan Pemerintah sgt diperlukan agar indsutri lokal tsb. bisa tumbuh berkembang & menjadi kuat. Dukungan Pemerintah thd sektor otomotif di saat2 awal dilakukan berbagai negara spt Jepang (jaman dahulu), Korea, India, China, bahkan Amerika Serikatpun juga Pemerintahnya mendukung expansi GM di Indonesia, di katalisatori oleh kunjungan Bush ke BOgor kemarin.


Sekedar analisa pribadi, koreksi kalau salah, tambahkan kalau ada yg kurang.
User avatar
Bayu
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 183
Joined: Mon Sep 12, 2005 7:14

Post by Bayu »

Lho ini bukannya ini berita lama.
Waktu Gaikindo Auto Expo 2005 pernah ditampilin koq, dan aku sempat ketemu sama perancangnya Pak Suparjo Suprapto, saudaranya Tinton Suprapto
User avatar
Branch
Member of Junior Mechanic
Member of Junior Mechanic
Posts: 32
Joined: Fri Jul 16, 2004 1:43
Location: DKI Jakarta

Post by Branch »

Yang digarap kok produk mobil 500cc, apa marketnya cukup potensial??
Bukankah mobil dg cc yang terlalu kecil begini (Spark, dll) kurang laku disini??
User avatar
Bayu
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 183
Joined: Mon Sep 12, 2005 7:14

Post by Bayu »

Branch wrote:Yang digarap kok produk mobil 500cc, apa marketnya cukup potensial??
Bukankah mobil dg cc yang terlalu kecil begini (Spark, dll) kurang laku disini??
Kalau harganya terjangkau saya kira laku.
Kalau Spark & Ceria masih kemahalan buat sebagian besar keluarga Indonesia. Dengan harga 100-an juta dapet cc kecil & body kecil, mending ambil Xenia
User avatar
mpoezz
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2980
Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
Location: Kingdom of Heaven

Post by mpoezz »

tapi masih ada kah yang percaya ama buatan negeri sendiri hehehe masyrakat kita an suka buatan luar negeri.yang ada aja kurang begitu laku.

apalagi mobil "jepang" (padahal yang rakit orang indonesia juga) harganya bisa ditekan sampai murah banget.
User avatar
adjokasep
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 526
Joined: Mon Nov 06, 2006 4:53
Location: Jakarta

Post by adjokasep »

# Bayu

kan di awal udah dibilang BasBang=Basi Banget....:D


::peace::
User avatar
mpoezz
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2980
Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
Location: Kingdom of Heaven

Post by mpoezz »

kalo bagbang apalagi tuh bos
User avatar
adjokasep
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 526
Joined: Mon Nov 06, 2006 4:53
Location: Jakarta

Post by adjokasep »

Bagus Banget......:D

::peace::
dado
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 505
Joined: Fri Apr 21, 2006 4:33
Location: JAKARTA

Post by dado »

asal harga terjangkau dengan spare part ready stok dan kuat, pasti laku, dan jangan melawan kelas dari jepang yg udah2 sih klo berani haed to haed yg ada malah ancur, contoh Timor ancur kan sekarang.
GW PUNYA HOBI OTOMOTIF, YA SAPA TAU KETEMU YG HOBI JG JD BISA TUKER PENDAPAT DALAM MODIFIKASI
User avatar
blindzero
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2391
Joined: Sat Dec 24, 2005 16:37
Location: Sparkling Surabaya

Post by blindzero »

Timor itu cuman numpang nama aja kok. Bukan murni mobil indonesia. Aslinya Kia Sephia.

Timor juga ga hancur kok, spare part'nya kan banyak tuh. Untuk dijual di showroom juga banyak peminatnya
User avatar
DigitALL
New Member of Mechanic Master
New Member of Mechanic Master
Posts: 9595
Joined: Thu May 15, 2003 16:12
Location: Indonesia

Post by DigitALL »

Gw setuju sama analisanya bro Turboman.

Setiap industri otomotif China sangat didukung oleh pemerintah, sekaligus dibuat peraturan yg jelas dan ketat.

Hebatnya, setiap pabrikan dari luar negeri (VW,AUDI,TOYOTA,dll) yg ingin invest di China dan membangun pabriknya, maka sekitar 50% sahamnya dimiliki oleh pihak pemerintah atau swasta dalam negeri.
User avatar
uch
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1746
Joined: Tue May 30, 2006 7:02

Post by uch »

Masalah utama kita itu, sebagian besar pengusaha besar disini berjiwa pedagang. Hanya sebagian kecil yg berjiwa produsen. Siapa yg mo susah2 membuat dan mengembangkan merek baru, kalo dgn berdagang otomotif aja untung nya udah guedeee. Bisa bangun konglomerasi di bidang lain kayak kebun, tambang, properti dll. Perusahaan pedagang yg kayak gitu aja dapat proteksi dari ORBA selama puluhan tahun. Jaman tsb, di luar negeri yg diproteksi adalah produsen, bukan pedagang.

Sekarang emang udah nggak ada proteksi, tapi siapa bisa melawan pedagang yg udah punya modal guede dan jaringan luas hasil dari proteksi tersebut..?
User avatar
dhani.amannatur
Full Member of Junior Mechanic
Full Member of Junior Mechanic
Posts: 113
Joined: Mon Nov 27, 2006 5:42

Post by dhani.amannatur »

si Tommy kan udah bebas ...

sapa tau mo bikin mobil nasional lagi ;)
Chandra8
Visitor
Visitor
Posts: 2
Joined: Tue Jul 09, 2019 8:25

Re: Mobil Indonesia, Bukan Mimpi

Post by Chandra8 »

belakang desain floating roof sama stoplamp masih ada rasa rasa desain yg nyomot dari AN Ertiga ya...


joker123