Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Forum untuk mengobrol hal-hal bebas.
Bisa dibuka oleh visitor dan member.

Moderators: akbarfit, Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze

mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Yang sy kuatir skrg sdh bukan lagi jumlah korban jiwa krn udah pasti banyak sekali krn malaysia aja yg jumlah positipnya dua kali lipat kita, yg meninggal cuma 20 org sedangkan di kita 58 org, tiga kali lipatnya dgn jumlah positip cuma setengah di malaysia

Pokonya kalo jumlah korban jiwa akan naik drastis

Yg sy kuatir skrg adalah EKONOMI

Semua org semangat diem selama dua minggu tapi apakah tahan DUA BULAN ? Karena akan dibutuhin minimal dua bulan bahkan lebih kalo mau usaha ini ada hasilnya. Setelah hasil rapid tes dsb mulai diumumin kita akan liat ribuan positip dan pada saat itu yg tewas udah ratusan. Org makin takut

Penduduk indo 270 juta jumlah tewas berapapun masih kalah sama jumlah tewas tahunan dr tabrakan lalu lintas atau merokok, banyak org bilang begitu. Ok lah kita terima hitungan itu, tapi setelah dua bulan ekonomi akan hancur lebur lalu disusul resesi panjang

Jd apa yg hrs dilakukan ?

Pemerintah hrsnya bergerak MENAMBAH KAPASITAS TESTING PCR SECEPATNYA supaya upaya meniru korea selatan yg berhasil itu bukan setengah jalan seperti dibilang juga oleh pakar pakar di artikel di atas
Salvanost
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2926
Joined: Fri Dec 14, 2012 13:44

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Salvanost »

aturan disaat kaya gini...
semua orang kaya sumbang duit buat masker kain

5000/pcs dikali 200.000.000 penduduk = 1 triliun

masa pemerintah ga mampu galang dana dari pengusaha atau orang kaya?
tax amnesty darurat aja, langsung dapat tuh dana 1 triliun :big_bored:

tax amnesty pertama aja dapat 140 triliun
speedfreak
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 277
Joined: Tue Jul 31, 2007 8:07

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by speedfreak »

akhir pekan lalu kalo gak salah sudah baca di sosial media ada sekawanan pengusaha grup konglomerasi besar yang sudah menyumbang dana 500Milyar untuk penanggulangan covid berupa penyaluran APD dan perangkat2 lain ke beberapa rumah sakit rujukan besar.

baca di sosial media dan nonton ILC juga ada cerita akhir2 ini banyak influencer yang melakukan penggalangan dana dan terkumpul sekian ratus juta sekian milyar dan dananya dialokasikan untuk bantuan pengadaan APD, pemberian masker, pemberian sarung tangan medis ke rumahsakit-rumahsakit.

lembaga sosial yg sudah lama malang melintang di Indonesia jg sudah banyak yg menghimpun donasi dan menyalurkan nya dalam bentuk pengadaan disinfectan chamber di beberapa tempat, penyemprotan disinfektan ke tempat ibadah dan sekolah2, dll.

ada juga berita di salah satu situs berita yang membahas hal ini :
https://tirto.id/saat-pemerintah-lambat ... id-19-eHlS

mungkin karena terhambat birokrasi yang agak panjang prosesnya jadi kalah sigap dengan solidaritas rakyat yang minim birokrasi.
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Ada yg tidak nyambung antara 'berita baik'dr pemerintah dengan kenyataan di masyarakat

Katanya ada jutaan masker sdh disebar

Tp kenyataannya semua apotek kehabisan masker

Jangankan masker, semua minimarket aja sdh kehabisan sabun cuci tangan

Dan jangankan pake sabun dgn air mengalir selama 30 detik , banyak masyarakat yg kesulitan air . Ada air ya dimasak buat minum dan masak boro boro cuci tangan 30 detik

Pemerintah hrsnya berani gelontorkan duit utk inves kapasitas testing PCR, kalo perlu dikerjasama kan dgn lab di singapur melalui kementerian pertahanan. Tiap hr ada pesawat bolak balik kesana antar dan ambil hasil tes

Ini tanda tandanya hanya akan menyesal ketika nasi sudah menjadi bubur
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Berita baik rapid tes dr bandung :

https://jabar.suara.com/read/2020/03/25 ... ua-negatif

Dan mereka paham ttg false negative
User avatar
solar_kerosen
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 3050
Joined: Mon Apr 02, 2007 1:45
Location: Indonesia

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by solar_kerosen »

Sebenarnya salah ga sih , spekulan masker secara bukan kebutuhan pokok . Anggap dia beli 20 rb sekotak kemudian jual lg 150 rb sekotak . Pedagang ambil resiko tinggi contoh toko hp ambil 5 bj hp sama sekardus hp pasti beda harganya ???
Ditangkapi yg jual online mahal di negeri , tapi yg sludupkan guede ke luar lewat laut malah aman kan konyol ???
Performa mesin berlipat ganda setiap 30 tahun
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15500
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by ChZ »

mpvlover wrote: Thu Mar 26, 2020 1:36
Pemerintah hrsnya bergerak MENAMBAH KAPASITAS TESTING PCR SECEPATNYA supaya upaya meniru korea selatan yg berhasil itu bukan setengah jalan seperti dibilang juga oleh pakar pakar di artikel di atas
ini dia, skrg keliatan pemerintah itu bingung, mau lockdown gak siap dengan logistik, mau niru tes PCR ala korsel juga setengah-setengah. pada akhirnya rakyatnya ikutan bingung.

yang kasian pekerja sektor informal terutama pedagang2 kecil... mereka ngga ada kepastian, dagangan sepi krn orang pada gak keluar rumah. di sisi lain mereka kalo ngga kerja ngga makan.

pemerintah bilang gak mau lockdown karena ini... tp yah ini mah efeknya sama aja kayak semi lockdown.

akhirnya krn dagangan sepi, pada mudik duluan yang malah nambah resiko penyebaran... kemarin denger siaran pak Ganjar bilang udah ada 80 bus dengan ribuan orang yang bakal mudik duluan ke beberapa daerah di jateng.

di kota besar sih siap dengan fasilitas, lah terminal-terminal bus di daerah mana siap... gw yakin banyak yang kelolosan. modal thermal gun doank gak menjamin.
Last edited by ChZ on Thu Mar 26, 2020 3:43, edited 2 times in total.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Jakarta - Pangdam Jaya Mayjen Eko Margiyono menjelaskan alasan pendirian rumah sakit darurat Corona Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Eko mengatakan rumah sakit itu disiapkan untuk menampung pasien jika penyebaran virus Corona ini terus bertambah hingga mencapai ribuan pasien.
"Perlu kami sampaikan latar belakang didirikannya rumah sakit ini adalah pemerintah sudah mengantisipasi apabila penyebaran virus COVID-19 ini tidak bisa kita bendung, maka pasti akan banyak terpapar oleh virus ini sementara apabila kita mengandalkan rumah sakit-rumah sakit yang ada jelas tidak mungkin," kata Eko dalam konferensi pers yang disiarkan akun YouTube BNPB, Kamis (26/4/2020).

Eko lantas menyampaikan hasil simulasi dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) DKI Jakarta. Eko mengatakan skenario terburuk kasus positif Corona bisa mencapai 8.000 orang.

https://m.detik.com/news/berita/d-49534 ... a-di-dki/1
Kalo liat grafik negara lain angka 8000 org itu justru angka skenario terbaik dan msh bs ditampung wisma atlet
kepo2601
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 274
Joined: Sun Mar 13, 2016 3:54

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by kepo2601 »

Wah ramenya pindah kesini ya skrg, nubi numpang nyimak ya
As simple as possible to make it easier for you and everyone else
Hasiholan
Visitor
Visitor
Posts: 1
Joined: Thu Mar 26, 2020 3:13
Location: Depok
Daily Vehicle: Honda mobilio

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Hasiholan »

mpvlover wrote: Wed Mar 25, 2020 10:47 Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyebut pemerintah sudah melakukan rapid test di sejumlah titik di Jakarta Selatan guna mendeteksi dan mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, Jumat (20/03/20). Pertanyaannya, seberapa akurat rapid test COVID-19?

Yuri menyebut pemeriksaan rapid test hanya dilakukan berdasarkan data tracing pasien positif terjangkit virus SARS-CoV-2, sehingga prioritasnya adalah orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien positif.

Selain itu, Yuri juga mengatakan bahwa pemerintah tidak menargetkan daerah-daerah yang akan dilakukan rapid test COVID-19. Menurutnya, yang diprioritaskan adalah pasiennya, bukan lokasinya. Hingga Senin (23/03) sore WIB, jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 579 orang, dengan rincian 49 meninggal dunia, dan 30 orang sembuh. Laju kematiannya mencapai 8,4 persen.

Baca Juga: Apakah COVID-19 Bisa Hilang Sendiri?

"Hasil negatif dari rapid test tak menjamin yang bersangkutan tak sakit. Bisa saja pada pemeriksaan ini didapatkan hasil negatif pada orang yang terinfeksi virus ini, tapi respons serologi, respons imunitasnya belum muncul," kata Yurianto di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (21/03).

Hal tersebut lantaran sampel tes cepat adalah darah. Artinya, yang diperiksa adalah imunoglobulin pasien. Gejala penyakit cenderung tak akan terlihat dari tes ini jika infeksi masih di bawah tujuh hari. "Oleh karena itu, (pemeriksaan) ini akan diulang lagi tujuh hari kemudian dengan cara yang sama,” katanya.

Maka, sekalipun hasilnya negatif, orang-orang yang telah menjalani rapid test diminta untuk tetap menjaga jarak dari orang lain. "Pahami betul hasil negatif tak menjadi garansi bahwa yang bersangkutan terinfeksi Covid-19. Ini yang harus kita mengerti bersama.”

Senin (23/03), 125 ribu alat rapid test mulai disebarkan ke seluruh Indonesia.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, menyebut rapid test itu ada beberapa jenis. Ada yang mendeteksi antibodi, ada yang mendeteksi antigen, dan ada yang mendeteksi virusnya secara molekuler.

“Yang rutin kan dengan molekuler, Polymerase Chain Reaction (PCR). Namun, itu butuh waktu untuk tahu hasilnya, yakni tiga sampai empat hari. Tapi itu sensitif dan akurat. Di Indonesia rapid test yang cek darah itu, yang dicari antibodinya. Nanti zat antibodi itu baru terbentuk ketika seseorang sudah menunjukkan gejala,” kata Prof Amin saat berbincang dengan Asumsi.co, Selasa (24/03).

Jadi kalau belum ada gejalanya, berarti belum ada antibodinya. Kalau masih masa inkubasi misalnya, belum demam, belum batuk, ya artinya negatif. Sensitifitasnya hanya sekitar 70 persen. Itu rapid test yang dilakukan di Indonesia sekarang.

Baca Juga: Lembaga Eijkman: Kita sedang Kejar-kejaran dengan Waktu

“Tapi uji serologi itu tidak bisa menggantikan PCR. Tetap harus dikonfirmasi dengan PCR,” ujarnya.

Dikutip dari Live Science, tes PCR sendiri bekerja dengan mendeteksi bahan genetik spesifik yang ada di dalam virus. Berdasarkan jenis PCR yang ada, petugas kesehatan mungkin menyeka bagian belakang tenggorokan; mengambil sampel air liur; mengumpulkan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah; atau mengambil sampel tinja.

Lebih Jauh soal Rapid Test COVID-19 di Indonesia
Berry Juliandi, Sekjen Akademi Ilmuwan Muda sekaligus pengajar di Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB) membenarkan bahwa rapid test yang dilakukan di Indonesia saat ini memakai kit yang mendeteksi antibodi di darah. Menurutnya, rapid test berbeda dengan swab test yang digunakan di Korea Selatan yang memakai real time PCR.

“Rapid test ini bekerja dengan jalan mendeteksi antibodi di darah yang disebut dengan immunoglobulin IgG dan IgM (keduanya merupakan bentuk dari antibodi atau bagian dari sistem kekebalan tubuh), yang jumlahnya akan meningkat seiring waktu inkubasi seseorang sejak terkena virus,” kata Berry saat dihubungi Asumsi.co, Senin (23/03).

IgG (Immunoglobulin G) merupakan jenis antibodi yang paling banyak ada di darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini bertugas untuk melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat bakteri atau virus yang sebelumnya pernah terpapar di tubuh. Sehingga, saat virus atau bakteri itu kembali, tubuh sudah tahu bahwa ia harus dilawan.

Lalu, IgM (Immunoglobulin M) adalah antibodi yang terbentuk saat orang pertama kali terinfeksi oleh virus ataupun bakteri jenis baru. IgM dianggap sebagai garda terdepan pertahanan tubuh.

Ketika tubuh merasa ada infeksi yang akan terjadi, kadar IgM di tubuh akan meningkat, sebagai persiapan melawan virus atau bakteri. Setelah beberapa saat, kadar IgM akan mulai menurun, digantikan oleh IgG yang akan melindungi tubuh dalam jangka waktu lebih lama.

Baca Juga: Benarkah Ibuprofen Berbahaya bagi Pasien COVID-19?

Dalam prosedur rapid test, lanjut Berry, pasien akan diambil darahnya lewat ujung jari memakai jarum steril. Darah kemudian akan diteteskan di kit yang disediakan. Kemudian reagensia/cairan pendeteksi antibodi akan diteteskan pada tetesan darah. Jika pola strip/pita tertentu pada kit muncul maka pasien dinyatakan positif atau negatif.

“Tapi rapid test ini kurang efektif karena peluang false negativenya tinggi. Ini dikarenakan jumlah antibodi yang mungkin belum cukup banyak di darah pada tubuh pasien positif misalnya di awal infeksi,” ujarnya.

Senada dengan Berry, Ahmad Rusjdan Utomo, Principal Investigator Stem Cell and Cancer Research Institute (SCI) Jakarta, kepada Asumsi.co, Senin (23/03), menjelaskan bahwa memang ada semacam misleading yang menyebut kalau rapid test ini akurat bahkan angkanya mencapai 95 persen. Sebab, untuk bisa mendapatkan antibodi, pasien harus terinfeksi dalam waktu yang lama, antara seminggu sampai dua minggu.

“Karena rapid test ini kan mencari antibodi yang terbentuk dan prosedurnya memang sederhana sekali, tinggal ditusuk sedikit, diambil darahnya, lalu langsung dilihat antibodinya terdeteksi atau tidak. Durasinya mungkin sekitar 10 menit, paling lambat mungkin 15 menit,” kata Ahmad.

Dalam laporan The Guardian, Rabu (18/03), Dr Gaetan Burgio, dari John Curtin School of Medical Research, Universitas Nasional Australia, memaparkan perihal seberapa cepat hasil tes virus Corona keluar. Ia menyebut tergantung pada teknologi, reagen yang tersedia, jumlah teknisi dan protokol untuk melakukan tes. Beberapa dilengkapi lebih baik daripada yang lain, karena itu ada perbedaan dalam pengiriman.

Menurut Dr Burgio, "kecepatan justru sangat penting" dalam menghadapi pandemi COVID-19. Ia menyebut, para pasien, pada prinsipnya, terisolasi untuk menunggu hasil, tetapi [pasien] ini mungkin tidak patuh. Memberikan hasil dengan cepat memungkinkan kita untuk dengan cepat mendeteksi positif COVID-19 dan segera menindaklanjuti pasien dalam isolasi atau karantina. "Deteksi cepat mengurangi jumlah pasien yang tidak perlu ditindaklanjuti. Dalam konteks pandemi dengan ribuan pasien untuk dites dalam satu hari, ini [rapid test] sangat penting," ucapnya.

Proses rapid test dinilai bisa membantu petugas kesehatan di seluruh dunia. Meski begitu, para ahli juga memperingatkan tes ini kemungkinan akan kurang akurat daripada tes PCR berbasis laboratorium. Sebab, rapid test mencari antibodi, bukan virus itu sendiri.

Baca Juga: Harapan di Pintu Unit Pinere RS Persahabatan

Ahmad pun mempertanyakan tujuan dari rapid test. Kalau untuk mencari individu yang sedang terinfeksi aktif dan dia berpotensi menularkan ke yang lain, sebetulnya rapid test ini kurang membantu. “Karena dia menguji yang di ujung, jadi ketika orang ini bahkan sudah mulai sembuh gitu ya, nah itu pasti positif,” ujarnya.

Maka dari itu, lanjut Ahmad, angka 90 persen lebih itu sebetulnya pada konteks “orang-orang” yang bisa jadi mulai menjalani penyembuhan. Kondisi itulah yang menurutnya justru membuat negatif palsunya tinggi dalam artian orang tersebut sedang mengalami infeksi, apalagi kalau dia ditesnya itu kurang dari dua minggu atau kurang dari seminggu misalnya.

“Itu kemungkinan besar akan negatif, tapi negatif palsu. Karena apa? Karena dia sudah terinfeksi oleh virus."

Menurut Ahmad, rapid test tentu berbeda dengan tes massal COVID-19 yang dilakukan Korea Selatan. Di sana, justru tim medisnya mengeluarkan pernyataan bahwa rapid test yang berbasis antibodi itu tidak akurat, sehingga mereka tidak melakukan itu.

“Mereka (Korea Selatan) melakukan swab test, diambil melalui drive-through, jadi mobilnya datang, individunya tetap di mobilnya masing-masing. Diambil swab-nya, lalu dikirim ke pusat laboratorium, yang mengerjakan tes PCR. Makanya kita memang perlu menambahkan kapasitas PCR, seperti Korsel.”

Kenapa Rapid Test Dianggap Kurang Efektif?
Ahmad melihat memang ada masalah dengan rapid test, terlebih metode tersebut memang belum dilakukan uji klinis, terutama terkait tingkat akurasinya. Sebab, kalau menggunakan teknik serologi yang paling canggih, maka negatif palsunya tinggi bisa mencapai 70 persen. “Apalagi ini yang sangat sederhana, jadinya bisa lebih tinggi lagi.”

Sementara soal efektifitas, Prof Amin menyebut kalau rapid test ini bisa dipakai untuk screening awal saja, untuk mendeteksi. Keuntungannya karena hasilnya cepat, bisa kurang dari setengah jam dan mudah dibawa ke lapangan. Jadi kalau mau cari orang yang mungkin tertular, bisa pakai prosedur ini.

“Tapi sekali lagi, yang positif dengan serologi harus tetap dikonfirmasi lagi dengan PCR. Sementara yang negatif, belum tentu tidak ada virus coronanya. Jadi harus diulang lagi beberapa hari kemudian,” kata Prof Amin.

Baca Juga: Mungkinkah Seseorang Terjangkit COVID-19 Dua Kali?

Lebih lanjut, Prof Amin menyebut, di RS juga bisa dipakai, misalnya ada pasien datang dengan kondisi demam dan batuk, tapi tidak diketahui riwayat kontaknya, RS kan harus ambil keputusan, apakah ini mengarah ke coronavirus atau bukan, karena tindakannya beda.

Sementara di sisi lain, Ahmad mengingatkan bahwa saat seseorang menjalani rapid test dan hasilnya dianggap negatif atau negatif palsu, lalu ia tidak mau dikarantina rumah, maka hal itu bisa berbahaya. Sehingga, ia pun menyoroti, kalau negara mau mengendalikan penyebaran COVID-19, maka tak cukup hanya menerapkan satu strategi saja.

“Kalaupun misalnya kita ingin melakukan rapid test, untuk mengatasi wabah ini, kita tidak bisa hanya memilih misalnya antara lockdown, atau rapid test, atau tes PCR, nggak bisa. Kita harus gunakan dua-duanya sekaligus, “lockdown” dan “testing”, itu yang penting,” kata Ahmad.

Lebih rinci, Ahmad pun menganalogikan situasinya seperti anak-anak SD yang sedang ramai-ramai berlari dan bermain di sebuah halaman sekolah. Dari sekumpulan anak-anak tersebut, mungkin dua atau tiga anak-anak tersebut positif terkena virus. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

“Yang pertama, lockdown dulu, anak-anak yang berlari dan bermain itu disuruh berhenti dulu semuanya. Setelah semuanya berhenti di tempat, baru nanti petugas masuk, satu-satu dicek. Nah ketika dicek, ketika ada anak yang didatangi petugas, maka si anak nggak boleh kemana-mana dan dua minggu dikarantina. Sambil menunggu tes dan dibuktikan dia negatif."


Pak mohon izin share ya buat pengetahuan juga
lemonadelovers
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1553
Joined: Sat Apr 26, 2014 4:42

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by lemonadelovers »

ChZ wrote: Thu Mar 26, 2020 3:34
mpvlover wrote: Thu Mar 26, 2020 1:36
Pemerintah hrsnya bergerak MENAMBAH KAPASITAS TESTING PCR SECEPATNYA supaya upaya meniru korea selatan yg berhasil itu bukan setengah jalan seperti dibilang juga oleh pakar pakar di artikel di atas
ini dia, skrg keliatan pemerintah itu bingung, mau lockdown gak siap dengan logistik, mau niru tes PCR ala korsel juga setengah-setengah. pada akhirnya rakyatnya ikutan bingung.

yang kasian pekerja sektor informal terutama pedagang2 kecil... mereka ngga ada kepastian, dagangan sepi krn orang pada gak keluar rumah. di sisi lain mereka kalo ngga kerja ngga makan.

pemerintah bilang gak mau lockdown karena ini... tp yah ini mah efeknya sama aja kayak semi lockdown.

akhirnya krn dagangan sepi, pada mudik duluan yang malah nambah resiko penyebaran... kemarin denger siaran pak Ganjar bilang udah ada 80 bus dengan ribuan orang yang bakal mudik duluan ke beberapa daerah di jateng.

di kota besar sih siap dengan fasilitas, lah terminal-terminal bus di daerah mana siap... gw yakin banyak yang kelolosan. modal thermal gun doank gak menjamin.
Saya WFH.. utk pedagang kecil saya berusaha bantu dgn membeli dagangan mereka.. budget makan d kantor digeser buat jajan d pedagang keliling sekitar rumah.
Kalau mudik pun begitu, uang THR harus habis untuk dibagi2 selama mudik termasuk jajan d kampung halaman.
Intinya bagi2 rezeki supaya ekonomi berputar
V engine enthusiast:
V6: VQ35DE{|}CVT
V8: 1UR-FSE{|}8AT

predecessor
V6: 2GR-FE{|}6AT
User avatar
F272
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 4720
Joined: Mon Apr 29, 2013 6:12
Location: Kota Bogor
Daily Vehicle: ANF 2019

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by F272 »

lemonadelovers wrote: Thu Mar 26, 2020 5:06
ChZ wrote: Thu Mar 26, 2020 3:34
mpvlover wrote: Thu Mar 26, 2020 1:36
Pemerintah hrsnya bergerak MENAMBAH KAPASITAS TESTING PCR SECEPATNYA supaya upaya meniru korea selatan yg berhasil itu bukan setengah jalan seperti dibilang juga oleh pakar pakar di artikel di atas
ini dia, skrg keliatan pemerintah itu bingung, mau lockdown gak siap dengan logistik, mau niru tes PCR ala korsel juga setengah-setengah. pada akhirnya rakyatnya ikutan bingung.

yang kasian pekerja sektor informal terutama pedagang2 kecil... mereka ngga ada kepastian, dagangan sepi krn orang pada gak keluar rumah. di sisi lain mereka kalo ngga kerja ngga makan.

pemerintah bilang gak mau lockdown karena ini... tp yah ini mah efeknya sama aja kayak semi lockdown.

akhirnya krn dagangan sepi, pada mudik duluan yang malah nambah resiko penyebaran... kemarin denger siaran pak Ganjar bilang udah ada 80 bus dengan ribuan orang yang bakal mudik duluan ke beberapa daerah di jateng.

di kota besar sih siap dengan fasilitas, lah terminal-terminal bus di daerah mana siap... gw yakin banyak yang kelolosan. modal thermal gun doank gak menjamin.
Saya WFH.. utk pedagang kecil saya berusaha bantu dgn membeli dagangan mereka.. budget makan d kantor digeser buat jajan d pedagang keliling sekitar rumah.
Kalau mudik pun begitu, uang THR harus habis untuk dibagi2 selama mudik termasuk jajan d kampung halaman.
Intinya bagi2 rezeki supaya ekonomi berputar
Dan mudik Lebaran tahun ini bisa jadi akan menjadi mudik tak terlupakan seumur hidup kita.... baru kali ini kita disarankan tidak mudik lebaran..se Indonesia pula..eh se Dunia .... OMG

:big_bored: :big_childish:
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Sangat detil ttg rapid tes :

https://m.detik.com/news/kolom/d-495372 ... wpm_nhl_20
"Rapid Test" Corona Berbasis Serologi

Kamis, 26 Mar 2020 12:30 WIB

Bagaimana Metode dan Prosedur Rapid Test untuk COVID-19? Foto: DW (SoftNews)
Jakarta - Jumat (20/3) lalu akhirnya pemerintah memutuskan untuk melakukan tes cepat (rapid test) secara massal di Indonesia, setelah hampir tiga minggu dari temuan pertama kasus Covid-19 diumumkan. Kita patut mensyukuri, pemerintah akhirnya menyadari dan mengambil langkah tersebut meski masih terbatas pada orang yang diindikasikan pernah kontak dengan pasien Covid-19.
Rapid test sangat diperlukan pada masa-masa awal kasus positif mulai ditemukan dengan tujuan mengidentifikasi siapa saja yang telah terinfeksi, memetakan penyebaran, dan melakukan mitigasi agar infeksi tidak makin meluas.

Salah satu negara yang agresif melakukan rapid test adalah Korea Selatan. Data per 20 Maret 2020, total kasus di Korsel mencapai 8.652 orang terinfeksi dengan tingkat kematian cukup rendah 0,6%. Seperti banyak dilaporkan media, pemerintah menyediakan 50 stasiun pengujian virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dengan konsep drive-thru di seluruh Korsel, dengan waktu 10 menit untuk prosedur sampling pengujian.

Hasil tes akan tersedia dalam waktu beberapa jam dan diinformasikan melalui pesan singkat. Negara tersebut mampu memproses lebih dari 15.000 tes diagnostik dalam sehari dengan angka keseluruhan tes mencapai hampir 200 ribu. Tingginya kasus yang dilaporkan tampaknya berkorelasi dengan gencarnya pemerintah melakukan rapid test.

Rapid test yang digunakan Korsel berbasis RT-qPCR (Reverse Transcript-quantitative Polymerase Chain Reaction), yaitu kit Allplex 2019-nCoV Assay yang diinisiasi dan diproduksi oleh salah satu perusahaan diagnosis molekuler di Korsel, Seegene. Kit tersebut mulai dikembangkan sejak 16 Januari 2020, berbekal sekuen genom virus yang telah dipublikasi dan protokol WHO.


Otoritas Korsel, Korea Ministry of Food and Drug Safety merespons dengan cepat dan mengeluarkan izin dalam waktu satu minggu setelah dievaluasi menggunakan sampel dari pasien terinfeksi. Selanjutnya, kit digunakan secara gratis di 118 fasilitas laboratorium yang ada. Saat ini, beberapa perusahaan sejenis di berbagai negara juga telah meluncurkan produk serupa.

Seegene mengembangkan test kit yang mampu mendeteksi secara simultan tiga gen target spesifik pada virus SARS-CoV-2, yakni E gene, RdRP gene, dan N gene dalam sekali reaksi untuk tiap sampel pasien sehingga waktu diagnosis menjadi lebih cepat. Pertama, sampel swab dari pasien akan dilarutkan dalam sebuah buffer untuk mengisolasi RNA virus dan memurnikan dari komponen lainnya. Proses tersebut berlangsung dalam waktu 10-15 menit.

Proses kedua, RNA virus dicampurkan dengan reagen atau pereaksi untuk proses qPCR, terdiri dari tiga set primer target, primer probe, dan master mix berisi enzim dan komponen PCR lainnya, selanjutnya diproses pada mesin qPCR dengan suhu yang terpogram. Positif kontrol juga disertakan setiap kali batch pengujian. Secara teknis dalam waktu 2-3 jam hasil sudah dapat diperoleh.

Keseluruhan proses dari mulai isolasi RNA virus sampai dengan proses qPCR dapat diautomatisasi sehingga lebih cepat dan minim kontaminasi. Total 96 sampel (tergantung jenis alat) dapat dikerjakan dalam satu batch diagnosis dengan total pengerjaan dalam waktu empat jam. Penggunaan test kit yang telah terverifikasi tidak membutuhkan sekuensing lanjutan untuk mengonfirmasi hasil diagnosis qPCR, karena penggunaan gen target sudah sangat spesifik dan hanya menargetkan virus SARS-CoV-2 saja.

Berdasarkan portal Indonesia.go.id, Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Riset Teknologi (Lembaga Eijkman dan Fakultas Kedokteran Unair), dan Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan (BBTKL) di sejumlah kota besar secara konsisten menggunakan PCR dengan standar CDC Atlanta, dilanjutkan dengan sekuensing genom untuk mendiagnosa Covid-19.

Panjangnya proses diagnosis inilah yang menyebabkan lama pengujian bisa lebih dari satu hari, selain faktor antrian karena banyaknya sampel yang diuji. Berbeda dengan Korsel, hingga kini penggunaan metode RT-qPCR di Indonesia belum ditujukan untuk tes massal kasus Covid-19.

Pendekatan rapid test untuk tes massal yang dipilih pemerintah Jokowi adalah berbasis serologi dengan metode immunochromatographic assay. Metode tersebut menguji keberadaan dan kadar antibodi manusia (IgA, IgG, dan IgM) dalam darah yang akan diproduksi tubuh setelah 1-2 minggu terinfeksi oleh antigen (virus/bakteri).

Untuk tujuan penapisan (screening) awal menegakkan diagnosis pasien, metode tersebut cukup memadai untuk memberikan informasi ada tidaknya infeksi karena virus, meski infeksi tersebut tidak spesifik karena virus SARS-CoV-2. Namun, perlu diperhatikan tingginya kadar antibodi pada sampel pasien bisa menimbulkan salah interpretasi, apakah pasien baru terinfeksi ataukah pasien telah sembuh.

Satu hal lagi yang menjadi kelemahan tes ini adalah tingkat false negative yang tinggi. Pada beberapa kasus, infeksi telah terjadi namun kadar antibodi belum dapat dimonitor kenaikannya.

Penggunaan rapid test berbasis serologi lebih dipilih oleh pemerintah daripada RT-qPCR untuk tujuan tes massal di Indonesia mungkin karena pertimbangan biaya dan fasilitas yang tidak selengkap di Korea Selatan. Faktanya, alat qPCR banyak dimiliki berbagai instansi penelitian dan juga universitas-universitas di Indonesia meski dengan spesifikasi yang beragam. Ketersediaan peralatan tersebut tentu dapat diberdayakan dan dapat mendukung pengujian berbasis qPCR.

Untuk melakukan tes material genetik dari mikroba pathogen (virus corona) memang tidak semua laboratorium memenuhi persyaratan sebagai lab BSL 2. Opsinya adalah bisa mengubah lab yang ada menjadi lab BSL 2 di titik terpusat tertentu di beberapa wilayah di Tanah Air. Fasilitas alat qPCR yang ada dapat didata dan diberdayakan untuk dipindahkan ke lab terpusat tersebut berikut dengan petugas analisnya yang dapat dilatih terlebih dahulu.

Dalam menjalankan rapid test berbasis qPCR, protokol diagnosis perlu ditinjau ulang, apakah masih diperlukan sekuensing setelah diperoleh hasil dari qPCR karena metode qPCR sudah sangat sensitif dan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Sepanjang gen target yang dipilih dan digunakan sangat spesifik, maka sekuensing tidak perlu dilakukan terhadap semua sampel, sehingga bisa memangkas panjangnya waktu diagnosis dan biaya.

Dalam kondisi baik, satu alat qPCr dapat dijalankan 4-5 kali, dengan kapasitas 96 sampel (block standard PCR), sehingga 480 sampel bisa didiagnosis dalam satu hari. Jika lab menggunakan lima alat, maka 2.400 sampel bisa didiagnosis dalam satu hari.

Kendala yang mungkin tersisa adalah reagen atau bahan pereaksi untuk qPCR. Negara-negara maju lainnya memiliki perusahaan biomolekuler yang dengan inisiatif melakukan penelitian dan pengembangan rapid test, seperti Seegene di Korsel. Indonesia memang belum ada perusahaan serupa. Namun, protokol WHO yang dijadikan panduan diagnosis dan data genom virus yang dapat diakses secara terbuka memungkinkan peneliti Indonesia untuk mengembangkannya juga jika difasilitasi oleh negara.

Tapi, dalam kondisi berburu dengan waktu seperti saat ini, kerja sama dengan negara-negara pengembang rapid test berbasis RT-qPCR merupakan opsi yang tepat. Sehingga, dana yang ada bisa dialokasikan untuk menyediakan reagen dan APD.

Dengan metode diagnosis yang tepat dan hasil yang akurat dapat mendukung keputusan pemerintah dalam upaya mitigasi dan memutus rantai penularan Covid-19. Kalangan lembaga penelitian dan universitas dapat bersinergi memberikan sumbangan terbaiknya berupa sumber daya para peneliti dan peralatan pengujian, sehingga pandemik Covid-19 di Indonesia dapat diselesaikan bersama-sama secara cepat dan efisien.

Anidah, S.Si praktisi qPCR, Research Assistant pada Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP)
Last edited by mpvlover on Thu Mar 26, 2020 7:57, edited 1 time in total.
Zaxis
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1064
Joined: Wed Dec 07, 2016 9:34

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Zaxis »

lemonadelovers wrote: Thu Mar 26, 2020 5:06
ChZ wrote: Thu Mar 26, 2020 3:34
mpvlover wrote: Thu Mar 26, 2020 1:36
Pemerintah hrsnya bergerak MENAMBAH KAPASITAS TESTING PCR SECEPATNYA supaya upaya meniru korea selatan yg berhasil itu bukan setengah jalan seperti dibilang juga oleh pakar pakar di artikel di atas
ini dia, skrg keliatan pemerintah itu bingung, mau lockdown gak siap dengan logistik, mau niru tes PCR ala korsel juga setengah-setengah. pada akhirnya rakyatnya ikutan bingung.

yang kasian pekerja sektor informal terutama pedagang2 kecil... mereka ngga ada kepastian, dagangan sepi krn orang pada gak keluar rumah. di sisi lain mereka kalo ngga kerja ngga makan.

pemerintah bilang gak mau lockdown karena ini... tp yah ini mah efeknya sama aja kayak semi lockdown.

akhirnya krn dagangan sepi, pada mudik duluan yang malah nambah resiko penyebaran... kemarin denger siaran pak Ganjar bilang udah ada 80 bus dengan ribuan orang yang bakal mudik duluan ke beberapa daerah di jateng.

di kota besar sih siap dengan fasilitas, lah terminal-terminal bus di daerah mana siap... gw yakin banyak yang kelolosan. modal thermal gun doank gak menjamin.
Saya WFH.. utk pedagang kecil saya berusaha bantu dgn membeli dagangan mereka.. budget makan d kantor digeser buat jajan d pedagang keliling sekitar rumah.
Kalau mudik pun begitu, uang THR harus habis untuk dibagi2 selama mudik termasuk jajan d kampung halaman.
Intinya bagi2 rezeki supaya ekonomi berputar
Jajan pake ojol biar mereka jg ada penghasilan
apshwn
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 597
Joined: Thu Oct 13, 2016 22:42

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by apshwn »

nanya dong, kenapa pemerintah gak firm pake PCR aja? mahal atau apa ya?
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Update singapore : 631 positip, 2 kematian

Update thailand : 1045 positip, 4 kematian

Update malaysia : 1796 positip, 20 kematian

Indonesia : 790 positip, 58 kematian
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

apshwn wrote: Thu Mar 26, 2020 7:32 nanya dong, kenapa pemerintah gak firm pake PCR aja? mahal atau apa ya?
Jawabannya ada di link di atas : https://m.detik.com/news/kolom/d-495372 ... wpm_nhl_20
apshwn
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 597
Joined: Thu Oct 13, 2016 22:42

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by apshwn »

mpvlover wrote: Thu Mar 26, 2020 7:35 Update singapore : 631 positip, 2 kematian

Update thailand : 1045 positip, 4 kematian

Update malaysia : 1796 positip, 20 kematian

Indonesia : 790 positip, 58 kematian
Aduh, angka indonesia doesn't make sense.
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Sikon di malaysia : PM Malaysia dan semua menteri sumbang dua bulan gaji utk corona :

https://m.detik.com/news/internasional/ ... =wpm_nhl_3

Indonesia juga ikut :

https://www.suara.com/news/2020/03/24/1 ... am-korupsi
User avatar
evolution21
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 5884
Joined: Thu Aug 28, 2008 10:32

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by evolution21 »

apshwn wrote: Thu Mar 26, 2020 8:04
mpvlover wrote: Thu Mar 26, 2020 7:35 Update singapore : 631 positip, 2 kematian

Update thailand : 1045 positip, 4 kematian

Update malaysia : 1796 positip, 20 kematian

Indonesia : 790 positip, 58 kematian
Aduh, angka indonesia doesn't make sense.
kalo beneran di cek semua rakyat Indonesia, angka positifnya curiga bisa melejit. Tapi angka kesembuhannya jg bisa saja tinggi.

btw India datanya gimana ya
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

evolution21 wrote: Thu Mar 26, 2020 8:06
btw India datanya gimana ya
Berharap india lebih parah karena lebih miskin ?

India : 673 positip, 10 kematian
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

246 TKI Sumut Baru Pulang Tak Mau Isolasi Diri, Mayoritas dari Malaysia

Medan - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) mengatakan ada 246 orang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang baru pulang dari luar negeri dan tidak melakukan isolasi diri. Para TKI ini juga tidak melaporkan diri setelah pulang.
"Kita sudah dapat data ada 246 orang tersebar di Kabupaten/Kota. Mereka begitu kembali, mereka tidak mau mengisolasi diri. Bahkan untuk melaporkan bahwa dia kembali ke daerahnya saja, kita sangat kesulitan," ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja Sumut, Harianto Butarbutar, di rumah dinas Gubernur Sumut, Kamis (26/3/2020).

Harianto mengatakan TKI ini mayoritas dari Malaysia. Dia menjelaskan TKI yang baru pulang ini malah diketahui bepergian ke luar kota.
"Mayoritas dari Malaysia. Saya baru dapat kabar dari Labura (Labuhanbatu Utara). Ada yang baru pulang tanggal 21 kemarin, sekarang sudah di Patumbak (Deli Serdang) dia. Sudah jalan-jalan dia," tuturnya.

Harianto juga menuturkan para TKI ini sedang dicari keberadaannya. Pihaknya bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten/Kota untuk menemukan para TKI yang baru pulang itu.

"Sudah kita sebarkan datanya ke masing-masing kabupaten/kkota, jadi tugas kabupaten/kota mencari. Kita harapkan juga mereka melaporkan diri sendiri," jelas Harianto.

Gugus Tugas COVID-19 Sumut sebelumnya juga sempat menyebut banyak orang dalam pemantauan (ODP) Corona yang tak patuh untuk mengisolasi diri secara mandiri. Saat ini, Gugus Tugas sedang membahas langkah hukum bagi yang membandel.
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Update indo :

Positip nambah 103 org jadi 893 orang (53 org dr DKI)

Meninggal langsung nambah 20 orang jadi 78 orang

Satu dua hari lagi positip nembus empat digit dan kematian tembus tiga digit
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Jakarta 495 positip dengan 48 kematian (hampir sepuluh persen) dengan 50 tenaga medis juga positip krn kekurangan alat pelindung diri. Cek daerah anda di DKI :


Berikut adalah sebaran titik positif di kelurahan dan sebarannya:

Jakarta Pusat

Cempaka Putih
Cempaka Putih Barat: 3 Kasus Positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Total Cempaka Putih 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)

Gambir
Petojo Utara: 1 kasus positif
Total Gambir 1 kasus positif

Johar Baru
Johar Baru: 1 kasus positif
Kampung Rawa: 3 kasus positif (sebelumnya 1 kasus)
Tanah Tinggi: 1 kasus positif
Total Johar Baru: 4 kasus positif (sebelumnya 3 kasus positif)

Kemayoran:
Harapan Mulia: 1 kasus positif
Kebon Kosong: 2 kasus positif
Utan Panjang: 1 kasus positif
Total Kemayoran: 4 kasus positif


Menteng
Menteng: 1 kasus positif
Pesanggrahan: 1 kasus positif
Total Menteng: 2 Kasus Positif

Sawah Besar:
Gunung Sahari Utara: 1 kasus positif
Total Sawah Besar: 1 kasus positif

Senen
Bungur: 1 kasus positif (kasus baru)
Kenari: 1 kasus positif
Total Senen: 2 kasus positif


Tanah Abang
Bendungan Hilir: 1 kasus positif
Gelora: 2 kasus positif
Kebon Melati: 1 kasus positif
Total kasus Tanah Abang: 4 Positif

Total 22 Kasus Positif di Jakarta Pusat


Jakarta Timur

Cakung
Cakung Timur: 1 kasus positif
Penggilingan: 4 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Ujung Menteng: 3 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Cakung: 8 kasus positif (sebelumnya 4 kasus positif)

Cipayung
Setu: 1 kasus positif
Toal Cipayung: 1 kasus positif

Ciracas
Cibubur: 1 kasus positif
Ciracas: 2 kasus postif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Ciracas: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif).

Duren Sawit
Duren Sawit: 5 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Klender: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Pondok Bambu: 2 kasus positif ( sebelumnya 1 kasus positif)
Pondok Kelapa: 4 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Duren Sawit: 13 kasus positif (sebelumnya 5 kasus positif)

Jatinegara
Cipinang Besar Utara: 2 kasus positif (kasus baru)
Cipinang Cempedak: 1 kasus positif
Cipinang Muara: 1 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Total Jatinegara: 4 kasus positif, (sebelumnya 3 kasus positif)

Kramat Jati
Bale Kambang: 1 kasus positif (kasus baru)
Batu Ampar: 6 kasus positif (sebelumnya 3 kasus positif)
Cawang: 1 kasus positif
Kampung Tengah: 1 kasus positif
Total Kramat Jati: 9 kasus positif (sebelumnya 5 kasus positif)

Makasar
Cipinang Melayu: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Halim Perdana Kusuma: 4 kasus positif
Pinang Ranti: 1 kasus positif
Total Makasar: 7 kasus positif (sebelumnya 6 kasus positif)

Matraman
Kayu Manis: 1 Kasus Positif (kasus baru)
Pisangan Baru: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Utan Kayu Selatan: 3 kasus positif ( sebelumnya 2 kasus positif)
Total Mataman: 7 kasus positif (sebelumnya 4 kasus positif)

Pasar Rebo
Cijantung: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Kalisari: 2 kasus positif
Total Pasar Rebo: 4 kasus positif (sebelumnya 3 kasus positif)

Pulo Gadung
Cipinang: 1 kasus positif
Jati: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Kayu Putih: 2 kasus positif (1 kasus positif)
Pisangan Timur: 3 kasus positif ( sebelumnya 1 kasus positif)
Pulo Gadung: 1 kasus positif
Rawamangun: 1 kasus positif (kasus baru)
Total Pulo Gadung: 10 kasus positif (sebelumnya 5 kasus positif)

Total 66 kasus kasus positif di Jakarta Timur.


Jakarta Utara

Cilincing
Sukapura: 1 kasus positif
Total Cilincung: 1 kasus positif

Kelapa Gading
Kelapa Gading Barat: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Kelapa Gading Timur: 9 kasus positif (sebelumnya 8 kasus positif)
Pegangsaan Dua: 1 kasus positif
Total Kepala Gading: 13 kasus positif

Koja
Tugu Selatan: 1 kasus positif
Tugu Utara: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Koja: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif )

Pademangan
Ancol: 1 kasus positif
Total Pademangan: 1 kasus positif

Penjaringan
Pejagalan: 1 kasus positif (kasus baru)
Pluit: 6 kasus positif (4 kasus positif)
Total Penjaringan: 7 kasus positif (4 kasus positif)

Tanjung Priok:
Kebon bawang: 1 kasus positif (kasus baru)
Sungai Bambu: 1 kasus positif
Sunter Agung: 1 kasus positif
Sunter Jaya: 2 kasus positif (kasus baru)
Total Tanjung Priok: 5 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)

Total 31 kasus positif di Jakarta Utara


Jakarta Barat

Tamansari
Tangki: 1 kasus positif (kasus baru)
Total Tamansai: 1 kasus positif (kasus baru)

Palmerah
Jati Pulo: 2 kasus positif
Kota Bambu Utara: 1 kasus positif
Pamlerah: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Palmerah: 5 kasus positif (sebelumnya 4 kasus positif)


Kembangan
Joglo: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Kembangan Selatan: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Kembangan Utara: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Meruya Selatan: 1 kasus positif
Meruya Utara: 2 kasus positif
Srengsen: 4 kasus positif (sebelumnya 3 kasus positif)
Total Kembangan: 14 kasus positif (sebelumnya 10 kasus positif)

Kebon Jeruk
Duri Kepa: 5 kasus positif (2 kasus positif)
Kebon Jeruk: 9 kasus positif (5 kasus positif)
Kedoya Selatan: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Kedoya Utara: 1 kasus positif
Kelapa Dua: 2 kasus positif
Sukabumi Selatan: 3 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Sukabumi Utara: 1 kasus positif
Total Kebon Jeruk: 23 kasus positif (sebelumnya 13 kasus positif)

Kalideres
Kalideres: 10 kasus positif (sebelumnya 8 kasus positif)
Kamal: 1 kasus positif
Pegadungan: 15 kasus positif (sebelumnya 9 kasus positif)
Tegal Alur: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Total Kalideres: 29 kasus positif (sebelumnya 20 kasus positif)

Grogol Petamburan
Grogol: 1 kasus positif
Jelambar: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Jelambar Baru: 2 kasus positif (kasus baru)
Tanjung Duren Utara: 1 kasus positif
Tomang: 10 kasus positif
Total Grogol Petamburan: 16 kasus positif (sebelumnya 13 kasus positif)

Cengkareng
Cengkareng Barat: 1 kasus positif (kasus baru)
Cengkareng Timur: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Duri Kosambi: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Kapuk: 1 kasus positif
Total Cegkareng: 7 kasus positif (sebelumnya 4 kasus positif)

Total 95 kasus positif di Jakarta Barat


Jakarta Selatan

Cilandak
Cilandak Barat: 5 kasus positif (sebelumnya 6 kasus positif)
Cipete Selatan: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Lebak Bulus: 3 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Pondok Labu: 1 kasus positif
Total Ciladak: 11 kasus positif (sebelumnya 9 kasus positif)

Jagakarsa
Jagakarsa: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Tanjung Barat: 5 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Jagakarsa: 8 kasus positif (sebelumnya 3 kasus positif)

Kebayoran Baru
Gandaria Utara: 1 kasus positif
Gunung: 1 kasus positif
Kramat Pela: 1 kasus positif (kasus baru)
Petogogan: 2 kasus positif
Pulo: 1 kasus positif
Rawa Barat: 5 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif).
Seiong: 1 kasus positif
Senayan: 9 kasus positif (sebelumnya 8 kasus positif)
Total Kebayoran Lama: 21 kasus positif (sebelumnya 16 kasus positif)

Kebayoran Lama
Cipulir: 2 kasus positif
Grogol Selatan: 2 kasus positif
Grogol Utara: 1 kasus positif
Kebayoran Lama Selatan: 1 kasus positif
Kebayoran Lama Utara: 3 kasus positif
Pondok Pinang: 5 kaus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Kebayoran Lama: 14 kasus positif (sebelumnya 10 kasus positif)

Mampang Prapatan
Bangka: 7 kasus positif (sebelumnya 5 kasus positif)
Pela Mampang: 1 kasus positif
Total Mampang Prapatan: 8 kasus positif (sebelumnya 6 kasus positif)

Pancoran
Duren Tiga: 1 kasus positif
Kalibata: 1 kasus positif
Pancoran: 2 kasus positif (kasus baru)
Total Pancoran: 4 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)

Pasar Minggu
Cilandak Timur: 2 kasus positif
Jati Padang:1 kasus positif (kasus baru)
Kebagusan: 1 kasus positif
Pasar Minggu: 2 kasus positif
Pejaten Timur: 3 kasus positif (kasus baru)
Ragunan: 1 kasus positif
Total Pasar Minggu: 10 kasus positif (sebelumnya 6 kasus posiitif)

Pesanggrahan
Bintaro: 3 kasus positif ( 1 kasus positif)
Pesanggrahan: 3 kasus positif
Petukangan Selatan: 2 kasus positif
Petukangan Utara: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Ulujami: 2 kasus positif (sebelumnya 1 kasus positif)
Total Pesanggrahan: 12 kasus positif (sebelumnya 8 Kasus positif)

Setiabudi
Guntur: 1 kasus positif
Karet Kuningan: 4 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Karet Semanggi: 2 kasus positif
Pasar Manggis: 3 kasus positif
Total Setiabudi: 10 kasus positif (sebelumnya 8 kasus positif)

Tebet
Bukit Duri: 2 kasus positif (kasus baru)
Menteng Dalam: 3 kasus positif (sebelumnya 2 kasus positif)
Tebet Barat : 3 kasus positif (kasus baru)
Tebet Timur: 1 kasus positif
Total Tebet: 9 kasus positif(sebelumnya 3 kasus positif)
ginting
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 4324
Joined: Sun Dec 08, 2013 16:05
Location: CIPUTAT
Daily Vehicle: ISUZU MU-X

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by ginting »

mpvlover wrote: Thu Mar 26, 2020 8:11
evolution21 wrote: Thu Mar 26, 2020 8:06
btw India datanya gimana ya
Berharap india lebih parah karena lebih miskin ?

India : 673 positip, 10 kematian
Kalau saya lihat video yg dishare di FB, IG, WA, maka polisi India itu main gebuk pakai kayu kalau ada yg keliaran.
Kalau disini dilakukan begitu saya khawatir nanti ada yang akan bilang itu melanggar HAM, dan nanti ada yg membenturkan rakyat dengan apparat dan cari cari panggung…