Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Forum untuk mengobrol hal-hal bebas.
Bisa dibuka oleh visitor dan member.

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

kunaskun
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 3964
Joined: Mon Mar 26, 2007 8:16

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by kunaskun »

apshwn wrote: Mon Mar 23, 2020 13:10 woah kalo gitu hampir confirm ODP itu gak ada artinya di indonesia. Barusan baca di media, di SUMUT petugas malah diancam pas mau trace riwayat ODP. Ini kurva pasien positif bisa naik tajam terus gak tau ampe kapan
pengendiesel wrote: Mon Mar 23, 2020 13:17 Plus beberapa pasien yang sudah confirm positif covid 19, malah kabur dari rs, +62 pancen oye.
Pusing pusing dah itu pemerintah :big_biglaugh: rakyat yang harus dihadapi termasuk dalam level hampir tidak mungkin untuk diajak kerja sama.
Semoga rapid test bisa mengungkapkan gambaran kondisi yang mendekati real.
ya ga aneh kan ada banyak pejabat yg marah2 :big_biglaugh:
pejabat itu biasanya cerminan rakyat, karena rakyat yg milih kan.. :big_bored:

saya sempet post kemarin di trit sebelah:
karena kemaren sodara baru cerita gimana ajaibnya manusia indo. Pasien datang ke RS, ke IGD, ketemu internis, laporannya sesak napas batuk pilek, dirujuklah ke radiolog untuk scan thorax, malah marah2 katanya saya ga corona ngapain saya scan gituan. ya sudah tidak mau, oper saja ke spesialis jantung. eh spesialis jantung, ngomel2 ke internis: ini sesak napas ngapain kirim ke jantung? internis: biarin aja dok, disuruh scan thorax ga mau, pede banget bilang saya bukan corona, ya sudah sesak napas ya anggap aja jantung bermasalah. toh pasien tetep bayar, dan mayan kan bayar dua dokter spesialis biarpun BPJS juga :big_biglaugh:

suster2 pas denger pada ketawa ngakak, lumayan katanya, jadi stress reliever, stress karena manusia juga kan yang kerja, ga ketar ketir apa pasien datang ga taunya positif corona dan menularkan ke petugas kesehatan. dan dokter spesialis tiap hari dehidrasi, dikit2 pakai APD, karena ruang isolasi sekarang penuh terus, karena memang ada pasien yang menurut protokol WHO butuh Corona Test, jadi ya ngantri di ruang isolasi sembari tunggu test dan hasil tes keluar. Internis, jantung, spesialis paru, hepatolog, radiolog, suster kepala, dokter jaga IGD tiap hari bertempur dengan APD. dan APD itu adalah alat sauna portabel. proses lepas pasang setahu saya bisa belasan menit.

jadi kesimpulan saya: bodoh itu gratis, dan orang indo seneng gratisan jadilah diborong semua :big_slap:
dan kalau mantau socmed yg kaya gini tenang saja ga cuma di +62 tapi di eropa sekalipun. :big_chicken:

jadi baiknya gimana? physical distancing (not social distancing anymore, according to WHO).
kunaskun
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 3964
Joined: Mon Mar 26, 2007 8:16

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by kunaskun »

Ivan123 wrote: Mon Mar 23, 2020 16:29 [infoA1] Besok NTB diumumin pusat ada positif Corona...
Semoga ga merata ini penyebarannya..... Sedih kalo gini jadinya, dokter dan tenaga medis juga pada jadi korban.
:ungg:
:big_cry:
ya semoga saja kejadian Italy ga keulang di Indo. tsunami hit medical facility.
apshwn
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 597
Joined: Thu Oct 13, 2016 22:42

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by apshwn »

kunaskun wrote: Tue Mar 24, 2020 6:21
Ivan123 wrote: Mon Mar 23, 2020 16:29 [infoA1] Besok NTB diumumin pusat ada positif Corona...
Semoga ga merata ini penyebarannya..... Sedih kalo gini jadinya, dokter dan tenaga medis juga pada jadi korban.
:ungg:
:big_cry:
ya semoga saja kejadian Italy ga keulang di Indo. tsunami hit medical facility.
chance nya mirip italy >50%. Itu juga ada berita pada mudik ke Sumedang karena libur. cilaka.
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15537
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by ChZ »

apshwn wrote: Tue Mar 24, 2020 7:59
kunaskun wrote: Tue Mar 24, 2020 6:21
Ivan123 wrote: Mon Mar 23, 2020 16:29 [infoA1] Besok NTB diumumin pusat ada positif Corona...
Semoga ga merata ini penyebarannya..... Sedih kalo gini jadinya, dokter dan tenaga medis juga pada jadi korban.
:ungg:
:big_cry:
ya semoga saja kejadian Italy ga keulang di Indo. tsunami hit medical facility.
chance nya mirip italy >50%. Itu juga ada berita pada mudik ke Sumedang karena libur. cilaka.
orang-orang yang ndableg gini harusnya kalo positif terjangkit wajib ke RS bawa satu set alat pelindung diri buat tenaga medis selama 14 hari (satu set 500 ribu, kaliin 14 dah...) dan biaya pengobatan ditanggung sendiri.... atau minimal sumbang masker 1 kotak.

ya terjangkit karena salah salah sendiri gak mengikuti instruksi disuruh menjauhi keramaian malah datengin keramaian.

tidak berlaku utk pekerja nonformal spt ojol dan supir taksi... krn harus kerja karena keadaan.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
ak4ng
New Member of Mechanic Master
New Member of Mechanic Master
Posts: 10469
Joined: Sun Aug 15, 2010 7:20
Location: smi, bdg, jawa barat
Daily Vehicle: Unimog

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by ak4ng »

APD yg full set 500rb owe jamin underspec :upss: minimal yg bner2 standar isolasi itu 800rb (lokal) yg impor up to 2jt+++ :upss: dalam sehari ada 3 sif dokter, perawat, apoteker, laboran, gizi, CS, mekanik alat, Satpam dll, nah silahkan kali 14 shg seorang yg positive buat APD aja udh ngabisin brp puluh juta :big_peace: blm obat2an, alat2, pemeriksaan serial2, dll dsb, bisa kebeli pajero baru tuh :big_cry:
REAR-WHEEL DRIVE TO KEEP YOU MOVING FORWARD

INFO KOPI KLIK: KOPI MALABAR
apshwn
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 597
Joined: Thu Oct 13, 2016 22:42

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by apshwn »

limaues
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 229
Joined: Wed Feb 10, 2016 13:57

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by limaues »

*_Situasi virus corona (COVID-19) 24 Maret 2020_*

*Global*
Negara / Kawasan: *187*
Kasus Terkonfirmasi: *334.981*
Kematian: *14.652*

*Indonesia*
Positif: *686*
Sembuh: *30*
Meninggal: *55*


Untuk info peta sebaran COVID-19 bisa klik link berikut https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/

Ada lagi yang ingin kamu tanyakan? Kalau ada, ketik *MENU* untuk kembali ke menu utama, atau ketik *SELESAI* bila mau mengakhiri perbincangan kita hari ini.
pengendiesel
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1558
Joined: Sun May 22, 2016 4:20

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by pengendiesel »

Kenapa kita TIDAK BOLEH MEREMEHKAN low mortality rate, monggo

https://today.line.me/ID/article/qgD5Zw ... ce=washare
Kaleng
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 775
Joined: Thu Aug 27, 2009 4:59
Location: Serpong
Daily Vehicle: Brio Dipanjangin

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Kaleng »

update di BSD sdh ada ODP di beberapa cluster perumahan. harap tetap di rumah. stay safe semua.
roadmap
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 287
Joined: Sun Nov 04, 2018 4:34
Location: Jakarta
Daily Vehicle: Honda

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by roadmap »

pengendiesel wrote:Kenapa kita TIDAK BOLEH MEREMEHKAN low mortality rate, monggo

https://today.line.me/ID/article/qgD5Zw ... ce=washare
Indonesia termasuk tinggi karena jumlah yang ditest per populasi masih rendah. Setelah rapid test bisa dipastikan jumlah akan melonjak tajam.

Yang tidak bisa diremehkan adalah jumlah orang yang tertapar, tidak memikiki gejala atau dengan gejala ringan yang masih berkeliaran kesana kemari krn gak sadar dia menjadi carrier.
roadmap
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 287
Joined: Sun Nov 04, 2018 4:34
Location: Jakarta
Daily Vehicle: Honda

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by roadmap »

Kaleng wrote:update di BSD sdh ada ODP di beberapa cluster perumahan. harap tetap di rumah. stay safe semua.
Di cluster mana aja Om? Kalau ada infonya mohon dishare supaya masyarakat bisa bantu memastikan orang2 ini gak berkeliaran dan waspada.
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Rapid tes yg dipake indo ternyata bukan rapid tes Corona yg dipake di korea selatan.

Seperti dijelaskan oleh jubir gugus tugas, rapid tes yg dipake indo itu rapid tes biasa utk deteksi antibodi, jadi bukan utk deteksi corona. Sampel yg diambil adalah DARAH. Tes harus diambil dua kali dgn selang waktu 6-7 hari. Kalau dua kali positip, dilanjut PCR. Nah PCR inilah yg bisa tau Corona atau bukan.

Kalo hasil negatip pun harus diulang lagi setelah seminggu.

Jadi misal kalau org flu biasa juga hasilnya akan positip. Kalau sesdh 6 hari belom sembuh, tes akan positip lagi. Lanjut PCR, baru ketahuan bukan corona

Rapid tes yg dipake di Korea Selatan , baca disini :

https://www.bbc.com/news/world-asia-51836898

Sampel yg diambil BUKAN DARAH krn bukan tes antibodi. Tapi langsung lendir di tenggorokan dan rongga idung. Sampel lalu langsung dites PCR, jadi kalo positip pasti corona, kalo negatip pasti bukan corona.

Makanya sampai hari ini gugus tugas belom umumkan hasil dr rapid tes
Last edited by mpvlover on Wed Mar 25, 2020 9:32, edited 2 times in total.
zanira
New Member of Senior Mechanic
New Member of Senior Mechanic
Posts: 159
Joined: Sat Oct 01, 2016 11:33

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by zanira »

Tangsel itu sudah masuk zona merah, apartemen green view lengkong sdh ada yg positif, vila melati mas sdh ada yg positif, perum eka bakti di belakang wtc serpong sdh ada yg positif.
User avatar
demonicorchestra
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 205
Joined: Wed May 03, 2017 6:33
Location: Bandung
Daily Vehicle: Jazz

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by demonicorchestra »

apshwn wrote: Tue Mar 24, 2020 7:59
kunaskun wrote: Tue Mar 24, 2020 6:21
Ivan123 wrote: Mon Mar 23, 2020 16:29 [infoA1] Besok NTB diumumin pusat ada positif Corona...
Semoga ga merata ini penyebarannya..... Sedih kalo gini jadinya, dokter dan tenaga medis juga pada jadi korban.
:ungg:
:big_cry:
ya semoga saja kejadian Italy ga keulang di Indo. tsunami hit medical facility.
chance nya mirip italy >50%. Itu juga ada berita pada mudik ke Sumedang karena libur. cilaka.
Klo gitu gw malah ngerasa setuju klo ada kebijakan semi lockdown, aplg kita bakal ngadepin arus mudik lebaran dlm waktu dekat yg pergerakannya berkali-kali lipat lebih masif dari pemudik Sumedang td
Akses menuju ke luar kota seperti jalan tol, stasiun kereta, bandara, terminal bus ama pelabuhan sebaiknya ditutup untuk umum kecuali angkutan logistik seperti pangan, obat2an serta alkes lainnya juga tenaga keamanan dan medis
Chester Bennington 1976-2017, gone but not forgotten
"I've become so numb, I can't feel you there. Become so tired, so much more aware"
Kaleng
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 775
Joined: Thu Aug 27, 2009 4:59
Location: Serpong
Daily Vehicle: Brio Dipanjangin

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Kaleng »

roadmap wrote: Wed Mar 25, 2020 7:59
Kaleng wrote:update di BSD sdh ada ODP di beberapa cluster perumahan. harap tetap di rumah. stay safe semua.
Di cluster mana aja Om? Kalau ada infonya mohon dishare supaya masyarakat bisa bantu memastikan orang2 ini gak berkeliaran dan waspada.
the green ada, puspita loka ada, kalau yg sy tau positif yg di sektor 12, dekat tandor.
Salvanost
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2937
Joined: Fri Dec 14, 2012 13:44

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Salvanost »

Saya minta maaf ya...
Saya ga mau update jumlah kasus Coronavirus di trid ini dulu...
Biar ga ada kesimpulan aneh2 atau analisa sotoy dari saya

Biar ga ada opini aneh2... Dan negatif...

Tetap semangat ya semua :mky_01:
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyebut pemerintah sudah melakukan rapid test di sejumlah titik di Jakarta Selatan guna mendeteksi dan mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, Jumat (20/03/20). Pertanyaannya, seberapa akurat rapid test COVID-19?

Yuri menyebut pemeriksaan rapid test hanya dilakukan berdasarkan data tracing pasien positif terjangkit virus SARS-CoV-2, sehingga prioritasnya adalah orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien positif.

Selain itu, Yuri juga mengatakan bahwa pemerintah tidak menargetkan daerah-daerah yang akan dilakukan rapid test COVID-19. Menurutnya, yang diprioritaskan adalah pasiennya, bukan lokasinya. Hingga Senin (23/03) sore WIB, jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 579 orang, dengan rincian 49 meninggal dunia, dan 30 orang sembuh. Laju kematiannya mencapai 8,4 persen.

Baca Juga: Apakah COVID-19 Bisa Hilang Sendiri?

"Hasil negatif dari rapid test tak menjamin yang bersangkutan tak sakit. Bisa saja pada pemeriksaan ini didapatkan hasil negatif pada orang yang terinfeksi virus ini, tapi respons serologi, respons imunitasnya belum muncul," kata Yurianto di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (21/03).

Hal tersebut lantaran sampel tes cepat adalah darah. Artinya, yang diperiksa adalah imunoglobulin pasien. Gejala penyakit cenderung tak akan terlihat dari tes ini jika infeksi masih di bawah tujuh hari. "Oleh karena itu, (pemeriksaan) ini akan diulang lagi tujuh hari kemudian dengan cara yang sama,” katanya.

Maka, sekalipun hasilnya negatif, orang-orang yang telah menjalani rapid test diminta untuk tetap menjaga jarak dari orang lain. "Pahami betul hasil negatif tak menjadi garansi bahwa yang bersangkutan terinfeksi Covid-19. Ini yang harus kita mengerti bersama.”

Senin (23/03), 125 ribu alat rapid test mulai disebarkan ke seluruh Indonesia.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, menyebut rapid test itu ada beberapa jenis. Ada yang mendeteksi antibodi, ada yang mendeteksi antigen, dan ada yang mendeteksi virusnya secara molekuler.

“Yang rutin kan dengan molekuler, Polymerase Chain Reaction (PCR). Namun, itu butuh waktu untuk tahu hasilnya, yakni tiga sampai empat hari. Tapi itu sensitif dan akurat. Di Indonesia rapid test yang cek darah itu, yang dicari antibodinya. Nanti zat antibodi itu baru terbentuk ketika seseorang sudah menunjukkan gejala,” kata Prof Amin saat berbincang dengan Asumsi.co, Selasa (24/03).

Jadi kalau belum ada gejalanya, berarti belum ada antibodinya. Kalau masih masa inkubasi misalnya, belum demam, belum batuk, ya artinya negatif. Sensitifitasnya hanya sekitar 70 persen. Itu rapid test yang dilakukan di Indonesia sekarang.

Baca Juga: Lembaga Eijkman: Kita sedang Kejar-kejaran dengan Waktu

“Tapi uji serologi itu tidak bisa menggantikan PCR. Tetap harus dikonfirmasi dengan PCR,” ujarnya.

Dikutip dari Live Science, tes PCR sendiri bekerja dengan mendeteksi bahan genetik spesifik yang ada di dalam virus. Berdasarkan jenis PCR yang ada, petugas kesehatan mungkin menyeka bagian belakang tenggorokan; mengambil sampel air liur; mengumpulkan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah; atau mengambil sampel tinja.

Lebih Jauh soal Rapid Test COVID-19 di Indonesia
Berry Juliandi, Sekjen Akademi Ilmuwan Muda sekaligus pengajar di Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB) membenarkan bahwa rapid test yang dilakukan di Indonesia saat ini memakai kit yang mendeteksi antibodi di darah. Menurutnya, rapid test berbeda dengan swab test yang digunakan di Korea Selatan yang memakai real time PCR.

“Rapid test ini bekerja dengan jalan mendeteksi antibodi di darah yang disebut dengan immunoglobulin IgG dan IgM (keduanya merupakan bentuk dari antibodi atau bagian dari sistem kekebalan tubuh), yang jumlahnya akan meningkat seiring waktu inkubasi seseorang sejak terkena virus,” kata Berry saat dihubungi Asumsi.co, Senin (23/03).

IgG (Immunoglobulin G) merupakan jenis antibodi yang paling banyak ada di darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini bertugas untuk melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat bakteri atau virus yang sebelumnya pernah terpapar di tubuh. Sehingga, saat virus atau bakteri itu kembali, tubuh sudah tahu bahwa ia harus dilawan.

Lalu, IgM (Immunoglobulin M) adalah antibodi yang terbentuk saat orang pertama kali terinfeksi oleh virus ataupun bakteri jenis baru. IgM dianggap sebagai garda terdepan pertahanan tubuh.

Ketika tubuh merasa ada infeksi yang akan terjadi, kadar IgM di tubuh akan meningkat, sebagai persiapan melawan virus atau bakteri. Setelah beberapa saat, kadar IgM akan mulai menurun, digantikan oleh IgG yang akan melindungi tubuh dalam jangka waktu lebih lama.

Baca Juga: Benarkah Ibuprofen Berbahaya bagi Pasien COVID-19?

Dalam prosedur rapid test, lanjut Berry, pasien akan diambil darahnya lewat ujung jari memakai jarum steril. Darah kemudian akan diteteskan di kit yang disediakan. Kemudian reagensia/cairan pendeteksi antibodi akan diteteskan pada tetesan darah. Jika pola strip/pita tertentu pada kit muncul maka pasien dinyatakan positif atau negatif.

“Tapi rapid test ini kurang efektif karena peluang false negativenya tinggi. Ini dikarenakan jumlah antibodi yang mungkin belum cukup banyak di darah pada tubuh pasien positif misalnya di awal infeksi,” ujarnya.

Senada dengan Berry, Ahmad Rusjdan Utomo, Principal Investigator Stem Cell and Cancer Research Institute (SCI) Jakarta, kepada Asumsi.co, Senin (23/03), menjelaskan bahwa memang ada semacam misleading yang menyebut kalau rapid test ini akurat bahkan angkanya mencapai 95 persen. Sebab, untuk bisa mendapatkan antibodi, pasien harus terinfeksi dalam waktu yang lama, antara seminggu sampai dua minggu.

“Karena rapid test ini kan mencari antibodi yang terbentuk dan prosedurnya memang sederhana sekali, tinggal ditusuk sedikit, diambil darahnya, lalu langsung dilihat antibodinya terdeteksi atau tidak. Durasinya mungkin sekitar 10 menit, paling lambat mungkin 15 menit,” kata Ahmad.

Dalam laporan The Guardian, Rabu (18/03), Dr Gaetan Burgio, dari John Curtin School of Medical Research, Universitas Nasional Australia, memaparkan perihal seberapa cepat hasil tes virus Corona keluar. Ia menyebut tergantung pada teknologi, reagen yang tersedia, jumlah teknisi dan protokol untuk melakukan tes. Beberapa dilengkapi lebih baik daripada yang lain, karena itu ada perbedaan dalam pengiriman.

Menurut Dr Burgio, "kecepatan justru sangat penting" dalam menghadapi pandemi COVID-19. Ia menyebut, para pasien, pada prinsipnya, terisolasi untuk menunggu hasil, tetapi [pasien] ini mungkin tidak patuh. Memberikan hasil dengan cepat memungkinkan kita untuk dengan cepat mendeteksi positif COVID-19 dan segera menindaklanjuti pasien dalam isolasi atau karantina. "Deteksi cepat mengurangi jumlah pasien yang tidak perlu ditindaklanjuti. Dalam konteks pandemi dengan ribuan pasien untuk dites dalam satu hari, ini [rapid test] sangat penting," ucapnya.

Proses rapid test dinilai bisa membantu petugas kesehatan di seluruh dunia. Meski begitu, para ahli juga memperingatkan tes ini kemungkinan akan kurang akurat daripada tes PCR berbasis laboratorium. Sebab, rapid test mencari antibodi, bukan virus itu sendiri.

Baca Juga: Harapan di Pintu Unit Pinere RS Persahabatan

Ahmad pun mempertanyakan tujuan dari rapid test. Kalau untuk mencari individu yang sedang terinfeksi aktif dan dia berpotensi menularkan ke yang lain, sebetulnya rapid test ini kurang membantu. “Karena dia menguji yang di ujung, jadi ketika orang ini bahkan sudah mulai sembuh gitu ya, nah itu pasti positif,” ujarnya.

Maka dari itu, lanjut Ahmad, angka 90 persen lebih itu sebetulnya pada konteks “orang-orang” yang bisa jadi mulai menjalani penyembuhan. Kondisi itulah yang menurutnya justru membuat negatif palsunya tinggi dalam artian orang tersebut sedang mengalami infeksi, apalagi kalau dia ditesnya itu kurang dari dua minggu atau kurang dari seminggu misalnya.

“Itu kemungkinan besar akan negatif, tapi negatif palsu. Karena apa? Karena dia sudah terinfeksi oleh virus."

Menurut Ahmad, rapid test tentu berbeda dengan tes massal COVID-19 yang dilakukan Korea Selatan. Di sana, justru tim medisnya mengeluarkan pernyataan bahwa rapid test yang berbasis antibodi itu tidak akurat, sehingga mereka tidak melakukan itu.

“Mereka (Korea Selatan) melakukan swab test, diambil melalui drive-through, jadi mobilnya datang, individunya tetap di mobilnya masing-masing. Diambil swab-nya, lalu dikirim ke pusat laboratorium, yang mengerjakan tes PCR. Makanya kita memang perlu menambahkan kapasitas PCR, seperti Korsel.”

Kenapa Rapid Test Dianggap Kurang Efektif?
Ahmad melihat memang ada masalah dengan rapid test, terlebih metode tersebut memang belum dilakukan uji klinis, terutama terkait tingkat akurasinya. Sebab, kalau menggunakan teknik serologi yang paling canggih, maka negatif palsunya tinggi bisa mencapai 70 persen. “Apalagi ini yang sangat sederhana, jadinya bisa lebih tinggi lagi.”

Sementara soal efektifitas, Prof Amin menyebut kalau rapid test ini bisa dipakai untuk screening awal saja, untuk mendeteksi. Keuntungannya karena hasilnya cepat, bisa kurang dari setengah jam dan mudah dibawa ke lapangan. Jadi kalau mau cari orang yang mungkin tertular, bisa pakai prosedur ini.

“Tapi sekali lagi, yang positif dengan serologi harus tetap dikonfirmasi lagi dengan PCR. Sementara yang negatif, belum tentu tidak ada virus coronanya. Jadi harus diulang lagi beberapa hari kemudian,” kata Prof Amin.

Baca Juga: Mungkinkah Seseorang Terjangkit COVID-19 Dua Kali?

Lebih lanjut, Prof Amin menyebut, di RS juga bisa dipakai, misalnya ada pasien datang dengan kondisi demam dan batuk, tapi tidak diketahui riwayat kontaknya, RS kan harus ambil keputusan, apakah ini mengarah ke coronavirus atau bukan, karena tindakannya beda.

Sementara di sisi lain, Ahmad mengingatkan bahwa saat seseorang menjalani rapid test dan hasilnya dianggap negatif atau negatif palsu, lalu ia tidak mau dikarantina rumah, maka hal itu bisa berbahaya. Sehingga, ia pun menyoroti, kalau negara mau mengendalikan penyebaran COVID-19, maka tak cukup hanya menerapkan satu strategi saja.

“Kalaupun misalnya kita ingin melakukan rapid test, untuk mengatasi wabah ini, kita tidak bisa hanya memilih misalnya antara lockdown, atau rapid test, atau tes PCR, nggak bisa. Kita harus gunakan dua-duanya sekaligus, “lockdown” dan “testing”, itu yang penting,” kata Ahmad.

Lebih rinci, Ahmad pun menganalogikan situasinya seperti anak-anak SD yang sedang ramai-ramai berlari dan bermain di sebuah halaman sekolah. Dari sekumpulan anak-anak tersebut, mungkin dua atau tiga anak-anak tersebut positif terkena virus. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

“Yang pertama, lockdown dulu, anak-anak yang berlari dan bermain itu disuruh berhenti dulu semuanya. Setelah semuanya berhenti di tempat, baru nanti petugas masuk, satu-satu dicek. Nah ketika dicek, ketika ada anak yang didatangi petugas, maka si anak nggak boleh kemana-mana dan dua minggu dikarantina. Sambil menunggu tes dan dibuktikan dia negatif."
walid_007
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 3146
Joined: Sat Mar 30, 2013 0:52
Location: idn, 18 mdpl
Daily Vehicle: b48 1gd 4a9

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by walid_007 »

Lama bgt dah pake jeda 1 minggu

Keburu tuh nulaar kmn2
Klo test prtama negatif trs test ke 2 positif brrt harus test ke 3 dong klo mmg harus 2x test.. cmiiw

What a joke
engine roaring!
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Indonesia's Health System on the Brink as Coronavirus Surge Looms


JAKARTA — Indonesia has a significant deficit in hospital beds, medical staff and intensive care facilities as health experts warn that it is primed to become a new epicenter of the coronavirus pandemic, according to data reviewed by Reuters.

Health experts say Indonesia faces a surge in coronavirus cases after a slow government response masked the scale of the outbreak in the world’s fourth most populous country.

Indonesia has recorded 686 cases but the data is seen as understating the scale of infections because of a low rate of testing and a high mortality rate. Indonesia has reported 55 deaths, the highest in Southeast Asia.

A study by the London-based Centre for Mathematical Modelling of Infectious Diseases released on Monday estimates that as few as 2% of Indonesia's coronavirus infections have been reported. That would bring the true number to as many as 34,300, which is more than Iran.

Other modelers are projecting that cases could rise to as many as 5 million in the capital, Jakarta, by the end of April under a worst-case scenario.


"We have lost control, it has already spread everywhere," Ascobat Gani, a public health economist told Reuters. "Maybe we will follow Wuhan or Italy. I think we are in the range of that".

Siapa pak Ascobat Gani ?

https://www.fkm.ui.ac.id/fkm-ui-gelar-s ... asyarakat/

https://m.detik.com/health/berita-detik ... rus-corona
Salvanost
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2937
Joined: Fri Dec 14, 2012 13:44

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Salvanost »

Om mvplover
Tolong kalau copas berita
Kasih link beritanya

Ini dari tadi saya lihat kaish link berita yg lain...
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

Salvanost wrote: Wed Mar 25, 2020 15:37 Om mvplover
Tolong kalau copas berita
Kasih link beritanya

Ini dari tadi saya lihat kaish link berita yg lain...
Link di atas itu menjawab siapa itu pak Gani bukan berita yg lain. Coba dibaca dulu sampai selesai

Utk link nya simpel aja reverse search aja, google aja judul berita atau satu kalimat pertama toh akan muncul artikelnya

Sy skrg copas bukan pake link supaya org bs langsung baca
Martenzic
New Member of Junior Mechanic
New Member of Junior Mechanic
Posts: 20
Joined: Thu Mar 05, 2020 9:40

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by Martenzic »

APD kok di pake rakyat sipil buat belanja sih..? RS aja banyak kekurangan lho..ckckckck
User avatar
alvin23
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1965
Joined: Mon Jan 01, 2007 2:58
Location: CGK-BDO-JOG

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by alvin23 »

Salvanost wrote: Wed Mar 25, 2020 15:37 Om mvplover
Tolong kalau copas berita
Kasih link beritanya

Ini dari tadi saya lihat kaish link berita yg lain...
https://www.reuters.com/article/us-heal ... SKBN21C0J6

ini pak
Rocky R ADS CVT 2021
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

The COVID-19 situation is already bad in Indonesia, which now has the highest death toll in Southeast Asia just a few weeks after declaring itself “virus-free”. As of Wednesday, Indonesia had reported 686 cases with 55 deaths.

The crisis is likely going to get worse. Experts predict that more than 70,000 Indonesians will have been infected by the disease as of Ramadan and Idul Fitri
, during which millions of the country’s Muslims typically travel to their hometowns.

That number, according to one scientist, is a “conservative” estimate.

The rapidly escalating health crisis has prompted the government to devise a variety of strategies – such as the practice of “social distancing” and the use of mass rapid testing – to avert an overwhelming health disaster.

Questions linger, however, about whether the measures taken by the government are enough to prevent the country from descending into a crisis of the scale now seen in Iran and Italy, where the death toll has reached thousands, or even worse.

Here is what Indonesia has been doing to fight the pandemic.

No lockdown, only ‘social distancing’

President Joko “Jokowi” Widodo continues to stand by his initial statement that the government would not seek to impose any form of lockdown in the country, citing the lasting repercussions that such a policy would likely cause to the country’s social cohesion and financial stability.

Jokowi said the cultural characteristics and discipline of the Indonesian people were the two main reasons why the government had ruled out lockdown.

“I have gathered data about countries that have imposed lockdowns, and after analyzing them, I don’t think we should go that way,” the President said during a limited meeting at the Presidential Palace on Tuesday.

In lieu of issuing a strict lockdown protocol to control the spread of COVID-19, Jokowi insisted that social distancing, also called physical distancing, was still the most viable solution to the current health emergency. “The policy of physical distancing can halt the spread of the disease if people really comply with it,” he said.

Despite the central government’s aversion to lockdowns, the capital city of Jakarta has announced a state of emergency which entails restrictions that are similar to the ones normally associated with a partial lockdown, particularly Malaysia’s “movement control order”.

On March 20, Jakarta Governor Anies Baswedan urged all stakeholders – including corporations, social organizations and religious groups – to take drastic action to prevent the spread of the disease during the state of emergency.

The administration has since closed all tourism spots and entertainment venues and has limited access to public transportation.

Read also: COVID-19: Does Indonesia need a lockdown? It depends on how you define it

The National Police have also announced that officers will take strict action against people who gather in large numbers during the COVID-19 pandemic.

The strict policies taken by the Jakarta administration and other regional administrations coupled with the police policy have raised suspicions that the government has imposed a partial lockdown on the country without saying so.

However, it is clear that Jakarta, which has become the epicenter of the outbreak in the country, has yet to prevent people from entering or exiting the city, allowing the virus to spread to other provinces in the country.

Cities from Sumatra to Papua are now reporting that their first confirmed cases had a history of recent travel to Greater Jakarta. South Sumatra and West Nusa Tenggara reported their first cases on Tuesday while the provinces North Maluku and Jambi reported their first cases on Monday, with the majority of cases having recently returned from Greater Jakarta.

Mass rapid testing — a silver bullet?

A Bogor Health Agency official shows the result of a rapid test for COVID-19 in Bogor, West Java, on Sunday, March 22, 2020. (Antara/Yulius Satria Wijaya)

Jokowi has opted to test large numbers of people for the virus with newly obtained rapid testing kits. The first testing campaign was conducted in South Jakarta, given the area’s particular vulnerability to the disease, according to contact tracing carried out by the authorities.

It is believed that Indonesia is attempting to follow in the footsteps of South Korea, which has ruled out a lockdown and has become a model to other countries for the massive and sophisticated testing and tracing strategy it employed to handle the crisis.

The rapid test, which detects patients' antibodies to the pathogen, is considered more convenient and can detect whether someone has been infected with COVID-19 much more quickly than the polymerase chain reaction (PCR) test.

The rapid test requires only blood serum as a sample, meaning the tests can be performed at health laboratories throughout the country. Everyone, whether they have shown COVID-19 symptoms or not, can be tested. In contrast, regular PCR tests have to be performed in level two biosafety laboratories, since nasal fluid or larynx substances must be used as the main specimens.

On Monday, West Java Governor Ridwan Kamil announced that the provincial administration would conduct rapid tests in sports stadiums as soon as the region received testing kits from the central government. Out of the 55 confirmed cases in West Java, 41 are from Bogor, Depok and Bekasi as of the time of writing.

Read also: Depok, Bogor move rapid tests from sports stadiums to prevent COVID-19 transmission

The problem is, experts say, that Indonesia might not have the testing capability of South Korea, which has used mostly PCR-based testing to aggressively trace and isolate infected patients. Indonesia has relied heavily on antibody test kits, which give immediate results but are less accurate and can only begin to detect the disease five days after infection.

Padjajaran University epidemiologist Panji Fortuna Hadisoemarto argued that by relying on antibody test kits for the mass testing campaign, Indonesia would not be able to replicate the strategy used by South Korea to “find and destroy” the chain of infection.

“It is true that we don't have sufficient PCR capacity. But we have to be mindful about rapid testing’s shortcomings as well. With antibody tests, it's going to be a completely different game we're playing. We're not playing South Korea’s game; that’s for sure,” he said.


Health care system at risk of collapsing

The unprecedented pandemic has already thrown Indonesia’s health care system into disarray as many of the country’s 132 designated COVID-19 referral centers have struggled to accommodate the surge in patients.

Severe shortages of medical supplies, including protective health gear, have been a common complaint among health workers on the front lines. Reports of doctors being infected with, and subsequently succumbing to, COVID-19 have also continued to surface, stoking controversy about the level and quality of state support that health workers have received.

University of Indonesia public health expert Hasbullah Thabrany urged the public to comply with the government’s social distancing policy to flatten the infection curve and thereby prevent the system from becoming overloaded. “Frankly, I don’t think we are equipped enough as it is to deal with further escalation. There are only 1,200 lung specialists in the country who are proficient in examining respiratory illnesses caused by the virus. The mitigation should be viewed as a collective endeavor with active participation from the public,” he said.

Selengkapnya di :

https://www.thejakartapost.com/news/202 ... id-19.html
mpvlover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1147
Joined: Fri Feb 23, 2007 13:26

Re: Update jumlah Pasien Coronavirus di Indonesia

Post by mpvlover »

walid_007 wrote: Wed Mar 25, 2020 14:16 Lama bgt dah pake jeda 1 minggu

Keburu tuh nulaar kmn2
Klo test prtama negatif trs test ke 2 positif brrt harus test ke 3 dong klo mmg harus 2x test.. cmiiw

What a joke
Ya betul pak

Tes pertama negatip berarti dites lagi 10 hari kemudian katanya

Kalo tes kedua positip dilihat kondisinya. Kalo parah ke rumahsakit (risiko mati tinggi di indo) , kalo sedang disuruh karantina di rumah

Anggap yg disuruh karantina di rumah, nanti harus tes ketiga. Kalo positip lagi baru dites pcr. Nah kalo negatip, gimana nih ?? Harusnya kan dites lagi 10 hari kemudian. Tapi kalo di indo paling dibilang udah sembuh karena masih banyak yg antri

Udah gitu, anggap skenario diatas itu orang yg sebenernya cuma flu biasa jadi tes antibodi kan pasti positip. Kalo dia malah dirawat ke rumahsakit yg byk pasien dan perawat positip corona, dia malah risiko tertular corona beneran

Belom lagi case yg tes pertama positip lalu tes kedua negatip, nah gimana ? Harusnya dites ketiga. Takutnya cuma selesma lalu sembuh, tapi sebenarnya sdh terpapar corona antara tes pertama dan kedua yg baru bisa tau dr tes ketiga. Tapi apa bakal dites ketiga ?

Kalo di korea selatan kenapa bisa jalan? Karena yg dites LANGSUNG PCR. Jadi hasil pertama itu sudah positip atau negatip corona

Lalu ada yg aneh. Di website resmi covid 19 indonesia, SEKARANG TIDAK DITULIS LAGI JUMLAH TES YG SDH DILAKUKAN

Dulu kan masih ditulis, terakhir sy ingat di 1300an tes. Skrg hilang. Ga ditulis lagi. Kenapa ? Kayanya krn kalo diliat dr hasil kemaren yg nambah 105 positip, berarti hampir semua tes hasilnya positip

Padahal semua negara lain laporkan brp jumlah yg sdh dites (dites PCR ya, bukan rapid tes)