nah coba dianalisa, melepas/membongkar sistem saluran bbm dan kehabisan bbm memang berpotensi ada udara terjebakTurboman wrote:FYI :jalu wrote: pelajaran berharga buat kami dilapangan, kehabisan solar pada diesel comrail ternyata bs berakibat fatal. IMHO
Asal tahu menangani sistem Fuel Rail CRD yg kemasukkan udara sebetulnya handle nya gak sulit
Saya lihat di salah 1 bengkel langganan saya sering tuh bongkar Injector / copot fuel lines mesin D4 D, juga mesin Ford TDCi dan PS juga pernah, soalnya kalo setel klep kan komponen2 tsb harus dilepas, pas masangnya lagi nggak pernah masalah tuh
Kayaknya boleh datangkan tenaga ahli dari Jkt utk training montir2 di sana........heheheheh
Trus yg perlu di investigasi juga : saat mesin mati kehabisan solar apa supir mencoba start / ber-ulang2 / mencoba memaksakan mesin hidup ?
tapi pada kondisi kehabisan bbm, ada potensi partikel2 kotoran ikut terbawa ke sistem dan menyumbat...sedangkan pada saat melepas/membongkar bisa ya atau bs tidak kemasukan kotoran.
masalah teknik membleeding, saya yakin mekanik2 disini sudah mampu pak, disini ada setidaknya 70 unit dcab comrail yg beroperasi. Overhaul sistem saluran bbm udah biasa jg mereka lakukan krn kan ada saja unit yg injektornya jebol dll. Namun pada kasus kehabisan solar, ada yg mereka berhasil hidupkan kembali ada jg yang memang gatot alias mesin gak mau hidup2. Entah benar atau tidak, menurut para mekanik disini pada beberapa kasus kehabisan solar, ada kalanya ECU sudah terlanjur dalam posisi blokir/protect sehingga mesin tidak akan bs dihidupkan sampe direset ulang oleh teknisi merek yg bersangkutan.
pada saat kehabisan solar, sebagian besar supir tentu mencoba start mesinnya berharap msh bisa berjalan beberapa jarak, makanya rata2 mbl disini yg sampe kehabisan solar begitu dicek sistem bbm nya memang sudah sampe kering krontang.
kami hanya kontraktor yg bekerja di area sini, bekerja untuk downstream, sedangkan mini refinery adalah bagian upstream milik client. BBM yg mereka produksi itu khusus untuk konsumsi semua engine2 (termasuk kendaraan) di areal sini saja, bukan untuk dijual bebas ke pasaran.Turboman wrote:Kalo boleh tahu solar hasil refinery di tempat um jalu spec-nya bagaimana ? Brp persen kandungan sulphur / aromatic / CN number, juga kandungan zat2 lainnya. Berapa angka HFRR nya ?jalu wrote: Kalo krn solar yg tidak standar, IMO triton lainnya mestinya sama2 tumbang SCV nya secara bergilir meski gak pernah kehabisan solar. Saya lbh berasumsi krn kehabisan solar, partikel kotoran terangkat ke sistem dan stuck di SCV sehingga jadi macet/seret.
Gini ceritanya :
Solar dengan kadar aromatic tinggi (associate with high sulphur content) kalo dalam perioda lama konon ada tendensi utk muncul endapan karena heavy fraction (double bonds) yg lebih berat turun ke bawah, selain itu aromatic juga thermal stability rendah, walau heating value tinggi, bertendensi membuat endapan di fuel lines, maka itu dibutuhkan additive yg sifatnya cleaner / detergent.
Kalau solar dgn kadar sulphur rendah, maka tendensi utk "basi" akan lebih cepat since sulphur sebetulnya berfungsi sbg antibiotic, dimana di solar itu hidup bakteri. Juga kadar sulphur rendah biasanya daya lumasnya juga agak kurang. Maka inipun perlu additive juga utk mengkompensasi kekurangan2-nya.
Dugaan saya mirip dgn analisa um jalu, mungkin tangki solar dah kotor sekali sehingga saat solar sgt minim kotoran2 terangkat naik.
Kalo mobil2 yg belum kena masalah, mungkin hanya soal waktu saja.
Menurut hemat ane bagaimanapun juga masalah utama harus diberesi dahulu, kualitas solar-nya harus di audit, saat keluar dr kilang diberi additive yg sesuai lalu di test di lab utk soal angka HFRR / laju pengendapan, dll., bandingkan dengan HSD yang standard baku semisal HSD dari AKR / Shell / Total / Petronas.
Angka sulphur agak tinggi semisal sampai 3000 an ppm gak masalah, asal diberi additive yg tepat.
Semoga membantu
untuk menembus ke bagian mini refinery memerlukan prosedur yg rumit bagi kontraktor, dan kami2 jg sudah sibuk dng pekerjaan kami sendiri, hampir tidak ada waktu untuk menelusur sampe kesana.
kalopun mau diaudit kualias bbm dr mini refinery, pihak client sendiri gak pernah tuh audit itu sampe skrg ini (mungkin krn itu fasilitas milik internal mereka sendiri). Sepertinya pada gak mau ambil pusing, kalo mesin rusak tinggal diperbaiki, mesin mbl rusak tinggal diserahkan ke pihak penyewanya untuk diperbaiki, dan memang khusus area sini tarif rental unit mbl dcab cukup mahal (range 15jt - 18jt/bulan/unit), tentunya untuk mencover biaya maintenance/part krn potensi kerusakan yg cukup besar.
kalo disumatera, tarif rental dcab msh banyak yg berani menawarkan dibawah 10 jt
