Pemerintah Akan Naikkan BBM 29 Persen!!!

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

User avatar
pinoh_boy
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1136
Joined: Thu Mar 04, 2004 6:47

Pemerintah Akan Naikkan BBM 29 Persen!!!

Post by pinoh_boy »

Jakarta, rabu

Ketua Komisi XI Paskah Suzetta mengungkapkan, pemerintah melaporkan kepada DPR rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang rata-rata mencapai 29 persen.

"Rata-rata kenaikkan BBM yang dilaporkan pemerintah dalam konsultasi dengan Komisi XI (DPR RI) semalam sekitar 29 persen," katanya, di Jakarta, Rabu (23/2), di sela menghadiri penandatanganan kerjasama Ditjen Pajak dengan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).

Namun, saat ditanya waktu kenaikan BBM yang diusulkan pemerintah, Paskah mengatakan, hanya pemerintah yang tahu. Namun dia mengusulkan sebaiknya dinaikan pada bulan Maret 2005 mengingat tingkat inflasi yang mulai turun.

Dikatakan Paskah, pertimbangan inflasi harus dimasukan karena setiap kenaikan BBM sekitar satu persen maka akan memicu inflasi 0,03 persen. "Kalau kenaikan 29 persen maka akan memicu inflasi sekitar satu persen," kata politisi Partai Golkar ini.

Paskah mengatakan, Komisi IX tidak mempunyai wewenang menyetujui atau tidak terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM karena yang dibahas hanya laporan mengenai pengalihan subsidi BBM ke sektor yang lain.

Ditambahkannya, pemerintah juga mengusulkan untuk mengubah asumsi harga minyak di APBN 2005 dari 24 dollar AS per barel menjadi 35 dollar AS per barel. Namun kenaikan asumsi itu masih belum menutupi subsidi yang harus dibayar pemerintah dengan harga minyak yang berlaku sekarang sekitar 40 dollar AS per barel.

Dijelaskannya dengan harga minyak 24 dollar per barel (harga di pasar juga 24 dollar per barel), maka subsidi BBM yang harus dibayar sebesar Rp19 triliun per tahun. Sementara dengan asumsi harga 35 dollar AS, subsidi yang harus dibayar Rp39,8 triliun.

Sementara jika asumsi APBN 24 dollar per barel dan harga minyak saat ini sekitar 40 dollar maka subsidi yang harus dibayar sekitar Rp61 triliun. Pemerintah juga berpendapat jika ada pengalihan subsidi, sebaiknya difokuskan pada kepentingan rakyat seperti sektor pendidikan dan kesehatan.
User avatar
mpoezz
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2980
Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
Location: Kingdom of Heaven

Post by mpoezz »

Bukan Pilihan Terakhir


Menaikkan Harga BBM
Oleh Phone Nuryadin *
Belum habis kekecewaan masyarakat karena kinerja 100 hari pemerintahan SBY-Kalla belum memperlihatkan hasil nyata, rakyat harus kembali shock dengan rencana kenaikan harga BBM sekitar 30-40 persen. Rakyat pun harus bersiap-siap menanggung dampak atas kenaikan tersebut terhadap harga makanan, biaya transportasi, dan kebutuhan pokok lain. Saat ini, harga kebutuhan pokok bahkan telah beranjak naik antara 5-10 persen. Pertanyaannya, apakah kenaikan harga BBM yang sangat tinggi telah menjadi pilihan terakhir pemerintah untuk menyelamatkan anggaran?

Memang harus diakui, kenaikan harga minyak dunia telah meningkatkan beban anggaran, terutama membengkaknya beban subsidi BBM. Dengan perubahan asumsi harga minyak dari USD 24 menjadi USD 35 per barel, misalnya, beban subsidi akan meningkat sekitar Rp 44 triliun. Tetapi, langkah pemerintah yang mengalihkan sebagian besar beban tersebut kepada rakyat merupakan pilihan tidak adil dan tidak bertanggung jawab.

Ketidakadilan dalam kebijakan itu tampak jelas karena pada saat yang sama, pemerintah justru terus meningkatkan subsidi kepada bank-bank melalui program penjaminan dan rekapitalisasi. Beberapa waktu lalu, pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 3,39 triliun kepada tiga bank yang dilikuidasi, yaitu Bank Asiatic, Bank Dagang Bali, dan Bank Global. Subsidi sejenis mungkin akan terus meningkat pada tahun ini. Sebab, ada tiga atau empat bank lagi yang menghadapi masalah sama.

Munculnya pernyataan bahwa kenaikan harga BBM adalah pilihan terakhir dan satu-satunya jalan untuk mengurangi beban anggaran sama sekali tidak berdasar. Pernyataan tersebut justru menunjukkan ketidakmampuan pemerintah untuk memecahkan masalah anggaran. Padahal, terdapat sejumlah alternatif kebijakan yang selama ini dapat dilakukan, yaitu:

Pertama, pengurangan subsidi bank rekap. Untuk APBN 2004, pengeluaran bunga obligasi bank rekap mencapai Rp 41 triliun, dua kali lebih besar daripada subsidi BBM yang hanya mencapai Rp 19 triliun.

Pemerintah SBY tidak pernah sama sekali membahas pengurangan subsidi tersebut. Padahal, pengeluaran bunga obligasi bank rekap hanya dinikmati segelintir konglomerat dan bankir nakal, yang sama sekali tidak pantas menerima subsidi dari negara. Jika pemerintah benar-benar memiliki komitmen untuk berpihak kepada rakyat, pengurangan pembayaran bunga obligasi bank rekap harus dijadikan prioritas utama sebelum merencanakan pengurangan subsidi BBM.

Kedua, mengefisienkan Pertamina. Bukan rahasia lagi, Pertamina merupakan gudangnya korupsi dan penyuapan. Salah satu penyalahgunaan yang paling nyata di tubuh Pertamina saat ini adalah penggunaan jasa trading companies atau broker untuk melakukan ekspor dan impor minyak. Pada era Orde Baru, trading companies itu dikuasai putra-putra Soeharto dan keluarga Bakrie, dengan trading margin mencapai 20-30 sen per barel.

Keberadaan broker-broker telah menyebabkan pemborosan sangat besar di tubuh Pertamina. Bayangkan jika trading margin yang mereka peroleh sebesar 25 sen per barel, ketidakefisienan Pertamina dalam melakukan ekspor dan impor minyak mencapai Rp 16,5 miliar per hari atau kurang lebih Rp 6 triliun per tahun.

Karena itu, Pertamina harus didesak untuk melakukan ekspor dan impor minyak secara langsung agar tidak dibebani lagi dengan berbagai jenis pengeluaran yang tidak perlu.

Inefisiensi lain di tubuh Pertamina adalah tingkat utilisasi kilang minyak yang masih sangat rendah pada kisaran 70-80 persen sehingga belum menghasilkan output yang optimal. Padahal kilang minyak di negara lain memiliki tingkat utilisasi hingga 95 persen. Demikian juga sistem maintenance dan loss management program di kilang-kilang tersebut perlu diperbaiki untuk menekan jumlah output yang terbuang.

Ketiga, mengoptimalkan tawaran moratorium utang. Sikap pemerintah yang cenderung menolak tawaran moratorium utang pantas disesalkan. Jika pemerintah melakukan upaya serius, Indonesia paling tidak akan memperoleh pengurangan beban pembayaran utang sekitar Rp 25 triliun per tahun.

Dengan berkurangnya beban utang, Indonesia akan memperoleh kelonggaran anggaran yang signifikan. Pemerintah pun tidak harus terburu-buru menaikkan harga BBM yang tinggi pada awal tahun ini. Usulan agar menunda kenaikan BBM sembari mempersiapkan program kompensasi yang efektif bahkan menjadi pilihan yang jauh lebih optimal.

Sayangnya, pemerintah telah menyia-nyiakan momentum moratorium dan justru merencanakan kenaikan harga BBM yang membebani rakyatnya.
***
Ketiga alternatif tersebut membuktikan bahwa kenaikan harga BBM bukanlah merupakan pilihan terakhir dan jalan satu-satunya untuk mengurangi beban anggaran. Meski dua alternatif pertama disadari merupakan pilihan yang berat karena menyangkut bisnis konglomerat dan bankir nakal. Tetapi dengan komitmen tinggi terhadap rakyat, alternatif itu harusnya dapat dilaksanakan. Bukankah selayaknya SBY lebih berpihak kepada rakyat daripada konglomerat dan bankir nakal?
* Phone Nuryadin, komite eksekutif Tim Indonesia Bangkit di Jakarta

dari jawapos edisi 21-2-2005
User avatar
WiraSoenaryo
Administrator
Administrator
Posts: 2492
Joined: Thu Aug 08, 2002 9:07
Location: Surabaya
Daily Vehicle: Toyota Rush TRD

Post by WiraSoenaryo »

Sekedar tambahan, hari ini saya lihat berita harga minyak dunia naik sampai 50dollar per barel... WOW... ini katanya kalo tidak salah karena pengaruh cuaca dingin dan kekurangan pasokan minyak.
Tapi bisa mempengaruhi kebijakan mengenai BBM ini gak ya?
Our other services
SerayaMotor - SerayaHost - SerayaShop - PakaiNota