Teknologi-Teknologi Terlarang

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

User avatar
mpoezz
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2980
Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
Location: Kingdom of Heaven

Teknologi-Teknologi Terlarang

Post by mpoezz »

Mobil Formula 1 modern mampu melesat 100 km/j dari kondisi diam hanya dalam waktu sekitar 2 detik. Ini kemampuan luarbiasa yang tidak akan dapat disamai oleh mobil sport jenis apapun. Namun ternyata tidak semua teknologi pada mobil F1 merupakan teknologi yang tercanggih di dunia otomotif. Beberapa sistem dan komponen mobil F1 justru kalah canggih dibanding mobil biasa di jalanan. Mengapa demikian?

Jawabannya adalah regulasi yang dikeluarkan oleh Federation Internationale de L’Automobile (FIA – federasi otomotif dunia). FIA sebagai 'wasit' bagi balapan F1 amat rajin membuat regulasi untuk membatasi kecepatan mobil F1. Sebab selain karena keselamatan pembalap, pembatasan kecepatan juga terkait dengan alasan nonteknis yaitu membuat balapan lebih menarik ditonton. Sebab makin cepat mobil-mobil balap berlaga di sirkuit, makin sedikit aksi saling susul yang akan terjadi. Ini karena waktu tempuh mobil-mobil itu di jalur lurus semakin singkat sehingga pembalap yang akan menyusul mempunyai waktu yang semakin sempit untuk membuat perbedaan kecepatan dengan pembalap di depannya. Di lain pihak, akselerasi pada kecepatan tinggi justru makin sulit dilakukan karena hambatan angin yang makin besar.

Dalam sejarahnya, perubahan regulasi FIA hampir tiap tahun dilakukan. Ini karena kemajuan teknologi ternyata jauh lebih pesat daripada pembatasan yang diberlakukan. Tak pelak, ada beberapa teknologi inovatif yang pernah dimanfaatkan oleh mobil F1 akhirnya diharamkan.

Di awal 1970-an, muncul penggunaan turbin gas sebagai penggerak menggantikan motor bakar torak. Sebagai salah satu jenis penggerak tertua, motor bakar punya banyak kelemahan dibandingkan turbin gas yang lebih belakangan ditemukan. Turbin gas menghasilkan power lebih tinggi dengan bobot yang lebih ringan daripada motor bakar, atau dengan kata lain turbin gas punya power weight ratio yang lebih baik. Ketertarikan pemakaian turbin antara lain adalah karena putarannya sangat cepat, sampai 60 ribu rpm, bandingkan dengan mesin F1 modern yang ‘hanya’ mampu berputar 19 ribu rpm. Turbin gas juga lebih sedikit memproduksi getaran karena tidak ada komponen yang bergerak translasi (maju-mundur) seperti halnya motor bakar. Karena itu, secara umum lifetime turbin gas lebih panjang daripada motor bakar. Namun kemudian FIA melarang penggunaan turbin ini setelah tim Lotus mengujicobakan mobil T56B yang bertenaga turbin gas merk Pratt & Whitney pada 1971. Larangan FIA ini sebetulnya mubazir karena toh tim Lotus mendapat bukti bahwa penggunaan turbin gas sebagai penggerak mobil tidak cocok untuk F1. Kelemahan yang dirasakan antara lain adalah turbin gas lambat merespon perubahan bukaan gas dari kaki pembalap sehingga sulit melahap chicane serta tidak adanya efek enginebrake yang sangat dibutuhkan mobil F1.

Selain turbin ada juga turbocharger/supercharger, sebuah peranti yang amat sering dimanfaatkan pada mesin mobil balap. Pada tahun 1966, FIA untuk pertamakalinya membolehkan pemakaian turbocharger. Pemakaian ini dilatarbelakangi oleh perubahan batasan kapasitas mesin dari 1500cc menjadi 3000cc. Perubahan kapasitas mesin itu menimbulkan protes dari beberapa tim karena mereka belum mampu membuat mesin baru bervolume 3000cc. Solusinya, FIA membolehkan turbocharger digunakan khusus untuk mesin 1500cc agar mampu bersaing dengan mesin 3000cc. Uniknya, walau telah dibolehkan, tidak satupun tim yang mengambil opsi turbo ini sebab mereka berpendapat turbo-engine 1500cc masih belum bisa menandingi tenaga normally-aspirated-engine 3000cc. Sebelas tahun kemudian, tepatnya pada 1977, Renault kemudian menjadi tim yang pertamakali mengambil tantangan ini. Saat itu Renault berani mencoba turbo-engine 1500cc untuk melawan mesin yang lebih besar karena mereka ingin mempromosikan mobil komersial mereka yang bertenaga turbo. Pada kenyataannya, walau lebih bertenaga, mesin turbo 1500cc tetap saja kalah dengan mesin normal 3000cc karena konsumsi bahan bakarnya yang jauh lebih boros dan bermasalah pada pengendalian mobil akibat kurang responsifnya rpm mesin terhadap gerakan pedal gas pembalap. Akhirnya, justru BMW yang pertamakali merasakan juara dengan mesin turbo pada 1981 –sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh Renault, sang pelopor. Pengembangan mesin turbo yang pesat membuat kecepatan mobil makin meningkat, dan tak jarang memicu kecelakaan yang hebat. Akibatnya, FIA melarang penggunaan peranti ini pada 1987.

Jumlah teknologi tinggi yang diharamkan di F1 bertambah setelah Continuosly Variable Transmission juga dilarang. CVT adalah peranti pengganti gearbox yang memungkinkan mesin beroperasi pada RPM-band yang sempit sehingga torsi maksimum bisa terus dipertahankan. Williams adalah tim yang pertamakali mencoba mengembangkan teknologi ini sejak akhir 1970-an dan sempat diujicobakan pada mobil FW-15 nya yang bermesin Renault pada 1993. Namun ujicoba itu akhirnya hanya sebatas ujicoba sebab di akhir tahun yang sama FIA melarang penggunaannya untuk lomba.

Masih seputar mengakali torsi, F1 juga pernah dihiasi oleh sistem four wheel drive dan six-wheelers (mobil enam roda). Kedua sistem tersebut secara umum berusaha untuk membagi torsi (baik pengereman ataupun akselerasi) kepada lebih banyak ban. Dengan terbaginya torsi, maka grip ban akan meningkat sehingga menghasilkan akselerasi yang lebih baik serta pengereman yang lebih pakem. Four-wheel-drive pernah digunakan mobil BRM di awal 1960-an sedangkan mobil enam roda yang digunakan oleh Tyrell di tahun 1977 dan Williams 1981. Baik four-whell-drive maupun six-wheelers dilarang FIA pada 1983.

Pentingnya downforce pada mobil F1 memacu para engineer untuk menciptakan peranti yang mampu menghasilkan downforce. Diantaranya adalah penggunaan fan (kipas) di belakang mobil. Alat ini ‘menghisap’ udara di bawah mobil dan mampu menghasilkan extra-downforce yang dibutuhkan mobil agar tetap melekat ke lintasan meski melaju dalam kecepatan tinggi saat menikung. Alat ini sempat digunakan oleh tim Brabham dan Niki Lauda membuatnya menjuarai GP Swedia di tahun 1978. FIA kembali beraksi, alat ini pun dilarang.

Selain kipas, insinyur di F1 juga membuat peranti yang berfungsi untuk menambah ‘daya lekat’ mobil ke lintasan, yaitu sideskirt atau sliding-skirt. Peranti berbentuk mirip rok ini dipasang di sisi kiri dan kanan bagian bawah bodi mobil. Alat ini berguna untuk mencegah aliran angin di kolong mobil mengalir ke samping mobil sehingga ground effect dari kolong mobil bisa dimaksimalkan. Di tahun 1980 FIA melarang sideskirt dengan cara membatasi ground clearance menjadi minimum 6 cm. Dengan aturan itu, sideskirt tidak mungkin digunakan lagi karena jarak antara sideskirt dengan aspal tidak bisa dijaga mengingat gerakan suspensi yang membolehkan bodi mobil bergerak naik-turun.

Namun demikian, insinyur-insinyur F1 tidak berhenti berimprovisasi. Di tahun 1988, mobil T88 dari tim Lotus memperkenalkan desain twin-chassis atau sasis ganda. Sasis pertama mempunyai suspensi yang lebih lunak terhadap sasis pertama. Karena sasis pertama punya suspensi yang amat keras terhadap roda, maka jaraknya terhadap aspal bisa dijaga. Dengan membuat sasis pertama ini mirip plat yang mengelilingi sasis kedua, maka sasis pertama ini bisa berfungsi sebagai sideskirt tanpa melanggar aturan ground-clearance minimum 6 cm itu. Namun demikian, twin-chassis ini akhirnya pun dilarang FIA.

Di era 1990-an, muncul teknologi suspensi aktif. ‘Peranti ajaib’ ini sempat membantu Williams mendominasi musim balap 1992 dengan Nigel Mansell dan FW14Bnya. Suspensi aktif mampu mengatur kekerasan peredaman suspensi agar sesuai dengan kondisi jalan yang sedang dilalui. Dengan demikian, keempat ban akan selalu mempunyai grip maksimum walaupun sedang melaju di trek bumpy dan banyak tikungan lambatnya. Peranti ini kemudian dilarang FIA di musim 1993.


Larangan demi larangan memang muncul, namun hal itu justru membuat teknologi di F1 berkembang semakin pesat. Artinya, jangan pernah khawatir laju mobil akan menjadi lamban