Meilang wrote: ↑Sat May 18, 2019 13:42
Nah menariknya Nomos adalah... Ini perusahaan kecil dan masih independent dengan visi unik: membawa high end watch-making ke pasar low end. Mereka investasi besar-besaran untuk membuat movement nya in-house dan membuat mesin otomasi sendiri (hanya dimiliki Nomos) untuk melakukan finishing di movement nya hingga bisa "kurang lebih" setara dengan hand-finishing artisan brand jam high end.
Memang pasarnya Nomos adalah enthusiast.. Orang-orang yang seneng ngeliatin movement lewat sapphire caseback atau malah kadang2 pakai jam kebalik karena mau liat movement nya aja - tapi ga punya duit untuk beli Patek Phillipe.
Terima kasih insight nya yg mendalam Om. Kalau dengerin Friday Live-nya Hodinkee (ep.9) yang dengan Gary Shteyngart, dia bilang kalau dalam 20 tahun lagi, Nomos bakalan menjadi salah satu yg layak untuk dikoleksi. Ada saran yg seri apa Om?
Selalu sulit untuk dapat memprediksi jam apa yang kira-kira dalam tahunan kedepan apa yang akan menjadi layak untuk di koleksi, baik karena heritage maupun pop culture value.
Terutama Nomos, menurut saya implementasi produknya selalu fall-short of a great idea.. dan masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa ini adalah brand yang sustain karena competitive advantage nya sangat niche.
Tapi nggak akan ada yang tau nasib sesuatu kedepannya..
3 tahun lalu, Universal Geneve Polerouter saya masih bisa beli di harga 5 juta..
Tapi dari 3 tahun kebelakang, sport watches naik daun dengan sangat signifikan.. Dipimpin oleh Audemars Piguet Royal Oak, dan Patek Phillipe Nautilus. Nah tiba-tiba desainer kedua jam tersebut jadi pop-culture modern, mr. Gerald Genta. Dan karena efek blogger-blogger jam, semua jam yang ada campur tangannya Gerald Genta akhirnya menjadi incaran orang, termasuk di dalamnya Universal Geneve Polerouter (jam pertama yang di desain Gerald Genta), atau inspired by Gerald Genta seperti Bvlgari Octo (Solotempo / Finissimo).
Dan 3 tahun berikutnya, yaitu sekarang, UG Polerouter rata-rata sudah start di harga 19 juta, hampir 4x lipat 3 tahun lalu.
-------------------------
Next case, Rolex Daytona.
Selama sejarah Rolex, mungkin yang paling lackluster itu Daytona.. Dulu dipandang sebelah mata apalagi setelah dipecundangi Omega Speedmaster untuk jadi pilihan nasa ke Bulan (nama asli Daytona adalah Cosmograph - some say sudah disiapkan nomenclatur space-dweller tapi pilot project nya pakai Rolex Explorer)
Jadi dari awal Daytona di rilis di 64 sampai tahun 80 an, gak ada yang mandang ini jam.. Dan bahkan sempat dijual dibawah Submariner untuk ngabisin stok nya. Tiba-tiba jadi pop culture icon karena Paul Newman, dan sekarang harganya jam modern nya udah setara level holy trinity.. untuk spec nya, gak make sense.
---------------------------
Balik lagi, untuk Nomos, saat ini belum keliatan keunikan desain/engineering atau potensi pop-culture mereka... Seperti yang saya bilang, selalu fall-short of a great watch.. Mereka gak se-smooth Junghans Max-Bill, gak se flamboyan Glashutte, gak se elegan A. Lange Sohne.. Lebih ke arah casual everyday watch, yang mana biasanya dianggap bukan karakter yang kuat buat sebuah jam.
Tapi kalau diminta bertaruh, kandidat modern classic nya kalau diurut:
1. Nomos Zurich salmon dial
Alasan: Salmon dial lagi kembali menjadi tren jam-jam mahal saat ini. Hampir semua line up khusus dari brand mahal pakai salmon dial color, dan Nomos sepertinya sudah stop produksi dial ini, jadi bakal jadi future classic. Dan Secara desain, Zurich merupakan satu dari sedikit world timer yang dibuat secara elegan dan simple tanpa case yang bulky.
2. Nomos Lambda
Usaha pertama Nomos untuk show off kemampuan hand finishing artisan in house mereka. Di Lambda, Nomos sama sekali melupakan price range mereka dan all out mencoba untuk menyerang holy trinity dengan kualitas yang setara dari artisanal dan produksi tapi dengan harga lebih terjangkau dibanding holy trinity yang setara.