jateng-1 sama dki-1 ini paling panas. coba aja liat komen video yang ada calon-calonnya. paslon yang atu pasti diserang buzzer kubu sebelah wakakkak seru cuma akhirnya tenggelem komen2 berbobot.Chr1stm1 wrote: ↑21 Nov 2024, 10:03 Iya Om, makanya saya paling males kalo buka IG, TikTok atau FB dan ketik yg berbau politik...komenannya ngeri2.
Paling follow2 Account Family atau yg sifatnya informatif dan account2 news...
Jaman 2014an malah sampai ada istilah buzzerRp yang dikendalikan oleh "kakak pembina", sejak saat itu muncul nama2 beken macam Deny sireg4r, Abu J4nda dll
Untuk sekarang ini pekerjaan yg cenderung masih "lahannya" pekerja lokal yah Tele Marketing dan Pekerjaan lapangan yang butuh human touch, karena bahasa dan kebudayaan setempat tetap perlu dimaintain sama org lokal ( baca: akamsi )
sebenernya bagus kalo kerjaan yang butuh orang lokal jadi kerjaan mahal krn scarcity... logikanya SDM bermutu kan makin dikit pasti harganya mahal. ya lagi2 seleksi alam. masalahnya perlindungan hak-hak pekerja ini makin minim dan di sini rata-rata kerja krn butuh makan bukan krn punya skill yang market fit. daya tawar pekerjanya rendah dibayar UMR naik dikit mau dan skillnya 0... pengusaha juga terhimpit akhirnya harus bayar murah buat kerjaan yang butuh skill malah dibuat multitasking (customer service jadi 1 sama kasir misalnya)
pdhl UMR itu harusnya gaji kelas kuli.