Kemarin saya ngobrol dengan orang Papua sewaktu sana sama menunggu pesawat dan katanya sekarang harga BBM di Papua sudah hampir sama dengan di Jawa. Perubahan mulai terjadi sejak berjalannya program tol laut di era Jokowi ini. Saya tidak tahu apakah itu benar atau tidak tapi terlihat apresiasi yang sangat positif darinya.NYoman wrote:Indonesia adalah negara kepulauan, tidak meratanya pembangunan semenjak dulu berakibat kita kesulitan sekarang karena masalah ongkos kirim yang mau tidak mau lewat laut ataupun udara dan tentu saja tidak bisa terlalu banyak seperti di negara lain yang bisa menggunakan road train alias trailler yang membuat harga2 lebih murah dan pengiriman lebih efisien karena jalur darat bisa muat banyak dan intense tiap harinya.
Saya ada contoh di Inggris dan Belanda, disana apa2 mahal inflasi juga tinggi.. Berpenghasilan tinggi? Hmm benar tapi mereka juga sangat konsumtif bahkan bisa saya bilang besar pasak daripada tiang tipikal asal gesek kartu kredit. Teman2 saya disana bilang saya ini tipikal orang Asia pelit padahal saya termasuk orang yang susah sekali menabung bahkan uang saku selalu habis di akhir bulan. Apa yang membuat mereka asal hajar dalam pengeluaran, pelayanan publik, kesehatan dan pendidikan ditanggung negara jadi mereka tidak pusing menabung untuk kesehatan ataupun pendidikan. Darimana? Pajak penghasilan disana cukup besar 35-50% jumlah yang sangat besar bukan? Yes, tingginya pajak yang membuat
pembangunan lebih cepat (korupsi juga tinggi) selain juga karena mereka ada kelebihan dari sisi transport, bukan negara kepulauan.. Mereka hidup tenang walau duit terbatas karena tinggal keluarin duit gak
pakai nabung untuk diri sendiri seperti kita~ Jujur
sewa flat/tempat tinggal disana 500-700an euro
penghasilan 1000-1200 euro bersih, cukup berat
kalau kita hitung lewat pandangan kita tapi tidak bagi mereka..
Di Indonesia justru saya lihat agak berbeda nilai tukar kita belakangan ada tren stabil dan cendrung naik walau sedikit, harga naik juga pengaruh di dunia internasional, harga minyak jatuh, ekonomi dunia sekarang melemah Arab Saudi sendiri yang kaya raya juga bingung sendiri sekarang..
Walaupun Indonesia bukan negara continent yang luas seperti US dan Oz dimana semua menggunakan jalur kereta api untuk distribusi dan pengiriman barang , tapi harus diingat jalur kereta api Indonesia sangat berperan di masa dahulu sewaktu dibawah penjajahan Belanda dimana Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Jalur rel kereta api (KA) yang menjangkau ke seluruh penjuru pulau Jawa dan Sumatera berjalan dengan sangat baik dan digunakan untuk transportasi manusia maupun barang barang hasil bumi. Seingat saya di tepi sepanjang jalan pantai utara Jawa terlihat rel KA memanjang dari barat sampai ujung timur.. Bahkan di jalur selatan Jawa yang rata-rata di dataran tinggi juga tertata rapi jalur rel KA dan ada stasiun stasiun di setiap kota kota kecilnya. Jalur rel KA itu memang sudah menghilang sekarang ini dan sangat disayangkan karena medio 1970 an kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya. Karena KA cenderung lambat dan sering tidak menentu jadwalnya, akibatnya penumpang KA semakin sedikit dan akhirnya satu per satu jalur KA itu dinonaktifkan dengan penutupan stasiun stasiun di kota kota kecilnya. Mayorias di kota kecil yang berada di dataran tinggi jalur tengah Jawa. Ini hal yang terjadi menjelang masuk tahun 80 an. Setelah itu kita bisa melihat sendiri untuk pengiriman barang pasti hanya mengandalkan kendaraan besar seperti truk -truk gandeng juga tronton dan trailer untuk heavy,BBM dan container cargo. Belum lagi pertumbuhan kendaraan bermotor yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Seakan yang bisa dilakukan di sini hanya konsumsi, konsumsi dan konsumsi. Begitu konsumsi menurun, ekonomi langsung melempem Masalahnya bukan hanya jalan semakin padat, mudah rusak, sempit dan rawan accident tapi juga pasti berimbas pada tentu saja perputaran ekonomi negara. Pada tahun 2007 pernah diadakan survey mengenai kepadatan jalan jalan di banyak negara dan hasilnya kepadatan jalan raya terutama pulau Jawa salah satu yang terpadat dunia dan sudah 7 kali lipat dari negara negara sekawasan ASEAN.....ckckckck . Bagaimana dengan kepadatan sekarang setelah hampir 10 tahun berlalu? Tidak mengejutkan jika barusan terjadi horror tol Brexit (Brebes Exit) di Jawa Tengah pada musim mudik Idul Fitri tahun ini yang memakan korban jiwa karena penumpang yang stuck terlalu lama di jalanan dalam cuaca panas, polusi dan kurangnya perbekalan makanan dan minuman. Bahkan media media Internasional ramai memberitakannya dan sudah dijuluki macet terhorror di dunia. Saat ini pemerintah sudah menyadari bahwa pembangunan infrastruktur yang terlambat akan menjadi pekerjaan yang MAHA sulit. Sekiranya jangan hanya berfokus pada jalan tol trans antar pulau saja tapi juga jalur kereta api antar pulau walaupun negara kepulauan. Jalur KA harus terkoneksi pada lokasi strategis seperti Airport (untuk angkutan manusia) dan kawasan industri menuju Pelabuhan laut. Tentu saja akan semakin banyak lokomotif penarik Container ( Freight Train) untuk Lift On-Off Container ke kapal di Port of Loading (PoL) dan Port of Discharge (PoD). Saya melihat Freight Train (FT)sekali jalan bisa menarik 60 Container HC dan kalau dengan 2 lokomotif bisa menarik sampai 100 Container HC. Luar biasa dampaknya kepada kegiatan Export Import karena jelas lebih efisien, hemat waktu, perawatan jalan raya dan BBM. Karena tidak perlu ada 60-100 truk trailer yang memenuhin space di jalan raya bikin macet bahkan itu FT enteng saja menarik Container sekalipun ke kota kecil di dataran tinggi. Tentu saja berkebalikan dengan truk trailer yang pasti lebih kesulitan dan sering bisa membahayakan kendaraan lain di sekitarnya. Bagaimanapun perjalanan distribusi barang ke seluruh pelosok tetap dilakukan oleh kendaraan darat. Selain itu pembangunan jalur KA jauh lebih murah dan tidak memakan banyak lahan produktif terutama pertanian seperti jalan tol.
Relasi bisnis saya yang US Citizen sering kagum dan tidak habis pikir pada kemewahan mall mall yang berada di Jakarta. Saya tidak heran karena dimana sepengalaman saya waktu ke East Coast US memang tidak ada Mall di US yang sebagus dengan Mall-Mall di Jakarta. Mall di sana bisa dibilang sangat plain dan mirip dengan Department Store era 90 an di Indonesia dengan tinggi 2-3 lantai doang. Dia juga kaget dan kagum pada harga alcoholic beverages di Indonesia yang lebih mahal 3 kali lipat lebih dari negaranya sendiri. Juga pada harga Starbucks yang tergolong sangat mahal dibanding dengan di US. Akhirnya dia bisa menebak itu lha harga LIFESTYLE orang Indonesia.