Dg harga 150jt .. rasanya MPV yg sekelas feature safetynya juga segitu2 aja.
Kalo menurut gw.. bila benar2 si Owner mementingkan SAFETY (keselamatan) diatas segalanya (**apapun mobilnya/kendaraannya) ... maka utamakan Defensive Driving, krn kecelakaan/tabrakan kerap kali terjadi krn pengemudinya.. bukan karena kendaraan yg dikemudikannya.
=====================
Dasar Mengemudi Defensive ialah:
* Attitude (Sikap)
* Space (Ruang)
* Visibillity (Bidang Pandang)
* Skill (Keterampilan)
Banyak kecelakaan disebabkan oleh tidak terampilnya pengemudi, banyak pengemudi yang tidak dapat mengerem dengan benar, ada 3 cara mengerem yakni STAB, SQUEEZE dan THRESHOLD penerapan cara mengerem tergantung pada kondisi serta type rem yang terpasang pada kendaraan yang dikemudikan, oleh karena itu pengemudi yang defensive harus memahami type rem dari kendaraan yang dikemudi kanya sehingga bila mengahadapi kondisi darurat (licin) akan dapat mengerem dengan benar, kesalahan mengerem dapat mengakibatkan hilangnya effectivitas roda kemudi yang berakibat kemanapun steer diputar kendaraan tidak akan berubah arah maka terjadilah kecelakaan.
Jadi intinya kecelakaan terjadi karena pengemudi gagal mengontrol roda kemudi atau pengemudi gagal mengerem dengan benar.
SAFE FOLLOWING DISTANCE (JARAK AMAN)
Yang dimaksud jarak aman adalah jarak antara kendaraan yang kita kemudikan dengan kendaraan yang ada di depan kita, banyak pengemudi yang tidak dapat membuat jarak aman sehingga sering terjadi tabrakan beruntun, untuk mencegah agar tidak terlibat dengan tabrakan beruntun seorang pengemudi harus selalu menjaga jarak dengan benar. Yang perlu diketahui untuk membuat jarak aman ialah dengan mempertimbang kan reaksi manusia (human reaction time), reaksi mekanikal (mechanical reaction time) serta besaran momentum.
Seorang pengemudi yang tidak tahu mengenai tiga element di atas maka dapat dipastikan bahwa pengemudi tersebut belum dapat membuat jarak aman secara benar, maka yang bersankutan memiliki potensi menabrak dari belakang atau terlibat dengan tabrakan beruntun, bahkan pernah terjadi tabrakan beruntun yang melibatkan belasan kendaraan
sekaligus.
Human reaction time (reaksi manusia) menurut Hendon Driving School kecepatan reaksi manusia berkisar anatara 0.4 detik sampai 0.8 detik, namun kecepatan dapat berubah menjadi lamban yang sebabkan oleh pengaruh alkohol maupun obat-obatan serta dipengaruhi juga oleh kelelahan, oleh sebab itu bila seseorang akan mengemudi jangan pernah
mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan yang dapat mempengaruhi daya pikir dan reaksi, disarankan seorang pengemudi harus mendapatkan istirahat yang memadai.
Mechanical Reaction Time menurut Hardie Ferrodo, system rem konvesional memiliki waktu reaksi selama 0.3 detik dan akan menjadi lebih lamban bila settingnya tidak benar, untuk memprediksi kemampuan rem sebaiknya pengemudi selalu mencoba fungsi rem sebelum menjalankan kendaraan. Dengan memahami ketiga elemen diatas diharapkan para pembaca menyadari arti penting mebuat jarak aman dan benar dalam penerapanya. Harus kita ingat membuat jarak aman perlu mempertimbangkan "Human Reaction Time", "Mechanical Reaction Time" dan Kinetic Force.
Safe Bubble (Lingkaran Aman)
Mengemudi merupakan aktivitas yang dinamik, selama kita mengemudi kita akan mengalami kondisi yang selalu berubah oleh karena itu seorang pengemudi dituntut untuk mengetahui apa yang ada di sekitarnya dengan mengetahui kondisi sekitar kendaraan maka potensi menyerempet maupun diserempet dapat dicegah lebih awal. Apapun bisnis anda pasti menggunakan transportasi, oleh karena itu divisi transportasi merupakan divisi yang paling berpotensi menimbulkan kerugian bahkan dapat menimbulkan kesan buruk pada perusahaan anda mulai saat ini kita pikirkan apakah aset yang tinggi nilainya akan di operasikan oleh orang yang belum terlatih secara baik.
Bidang samar/Blind Spot bisa terbentuk oleh 2 hal yakni: Blind spot terbentuk karena kontruksi kendaraan Blind Spot terjadi karena lingkungan Umumnya kendaraan besar blind spotnya semakin jauh hal ini meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan,di banyak negara maju masih sering terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh bidang samar, blind spot dapat juga terbentuk karena lingkungan, umumnya jalan dibangun megikuti contour bumi hal ini bisa kita rasakan ketika kita mengemudi di daerah pegunungan dan lembah selain kedua factor di atas kepadatan lalu lintas juga mempengaruhi atau menciptakan bidang samar terutama lalu lintas di kota-kota besar. Bagaimana menyikapi bidang samar? Untuk pencegahan kecelakaan yang penyebabnya bidang samar banyak hal yang perlu kita lakukan yakni:
Memperlambat kendaraan menjelang lokasi bidang samar.
Penggunaan alat komunikasi (klakson dan lampu).
Menoleh/memastikan bidang samar sebelum maneuver.
Mengikuti prosedure saat pindah jalur/menyalip.
Jangan pernah menyalip di tikungan.
Jangan pernah menyalip di tanjakan.
Didalam techniques mengemudi defensive bidang pandang ke depan terbagi atas 3 zona yang masing2 zona memliki waktu yang berbeda, ketiga zona tersebut ialah:
Zona Perencanaan (30-120 detik ke depan).
Zona Analisa (12-15 detik ke depan).
Zona Reaksi (4-6 detik ke depan).
Keuntungan dengan melihat kedepan sesuai dengan techniques Defensive ialah:
Mengetahui ancaman lebih awal.
Mempunyai waktu cukup banyak untuk mengambil tindakan.
Bertindak berdasarkan hasil analisa yang baik.
Terhindar dari tabrakan adu kambing.
Mampu mengambil resiko terkecil.
Apa yang dimaksud dengan Braking Technique
Braking Techniques adalah cara mengerem sesuai dengan kondisi, cara mengerem tidak selalu sama melakukanya hal ini disebabkan oleh situasinya, yang namanya mengemudi situasinya selalu berubah suatu saat pengemudi akan menjumpai situasi emergency saat ketemu kondisi emergency maka cara mengeremnya juga harus sesuai dengan kondisi saat itu, untuk dapat mengerem dengan baik maka diperlukan beberapa pengetahuan tentang type dari rem dari
kendaraan yang dikemudikanya dan system pengereman yang ada Type Rem Type rem Tromol/Drum Type Rem Cakram/Disc Type Rem Kombinasi.
Yang dimaksud dengan type REM TROMOL ialah roda depan dan roda belakang terpasang rem tromol untuk jenis kendaraan seperti pada kondisi emergency diperlukan technique mengerem cara STAB. Tujuan pengereman Stab ialah untuk mendapatkan jarak pengereman sependek mungkin dan hal ini hanya dilakukan jika mendapatkan kondisi emergency (jalan licin) Mengapa harus Stab? Perlu kita ketahui berdasarkan riset yang dilakukan oleh Hardie Ferrodo di sana dikatakan Mechanical Reaction Time pada type rem tromol antara 0.3 to 0.4 second, hal ini disebabkan oleh cara kerja dari rem tersebut yakni enguage by presure dan release by spring, karena release oleh kekuatan per maka release disc brake (sepatu rem) menjadi agak lama, oleh karena itu ketika menghadi kondisi emergency dengan melakukan
STAB BRAKING agar disc brake tidak mengunci putaran tromol. Bagaimana kalau Type Remnya Kombinasi?
Jika mengemudikan kendaraam dengan type kombinasi maka cara yang tepat untuk kondisi darurat ialah dengan melakukan technique mengerem squezee, hal dipengaruhi oleh cara kerja dari rem cakram di mana waktu releasenya disc relative lebih cepat dibanding dengan waktu releasenya type rem tromol, cara mengerem squezee adalah cara yang mutlak harus dilakukan untuk kendaraan yang memiliki type rem cakram pada kondisi emergency Bagaimana bila mengendarai kendaraan yang memiliki type rem Cakram? Untuk jenis kendaraan yang seluruh remnya terpasang type rem cakram seluruhnya maka cara mengerem yang paling tepat ialah squezee untuk kondisi emergency dan untuk kendaraan yang telah terpasang system rem ABS maka seluruh techniques mengerem di atas sudah tidak diperlukan lagi karena ada perangkat computer yang akan menggantikan atau melakukan squezee atau bila ketemu kondisi
emergency.
Driving Risk Assessment
Seperti telah kita ketahui mengemudi adalah suatu aktivitas yang maha berbahaya namun tidak banyak pengemudi yang menyempatkan diri untuk mengkaji resikonya, dalam tulisan ini akan kita ulas sedikit apa saja yang perlu kita kaji sebelum mengemudi, ada tiga kondisi yang perlu kita kaji untuk mencapai rasa aman ketika berada dijalan. Hal hal yang perlu kajian ialah:
* Kondisi Kendaraan.
* Kondisi Manusia.
* Kondisi Lingkungan/Journey Management.
Ketiga kondisi tersebut harus dikaji secara benar, point penting apa saja yang harus dikaji sebelum mengadakan perjalanan, bila salah satu element yang ada tidak memenuhi standard keselamatan sebaiknya perjalanan ditunda terlebih dahulu untuk mencegah terjadi hal yang tidak kita inginkan, bila route yang akan digunakan dilewati berulang-ulang sebaik route tersebut dikaji dahulu, hal ini sangat penting untuk memaksimalkan operasional kendaraan dan menghindari ketidaktahuan akan adanya ancaman bagi para pengemudi.
bushkntl wrote:BudiDarmawan wrote:Sorry nih Gue rada currious kalau bilang aman ....
Apa yang dimaksud aman ? Batasnya sejauh mana ? apakah kalau ada ABS bisa dibilang aman ? walaupun bodi tinggi dan lebih mungkin terbalik dari pada bodi yang rendah ...
Kalau saya sih nilainya SIMPLE, dengan harga 150 jt saya dapat :
1. Shockbeker lembut dibanding mobil baru yg lain harga 150 jt
2. 7 seater
3. Mesin yang tarikannya kenceng ....
Kalau memang ada produksi mobil entah merek apa deh (mau Toyota, Honda, Isusu, etc) dengan 3 kriteria diatas bisa didapat dengan harga dibawah 150 jt saya rasa akan berpindah juga dari Grand Livina ke yang baru tersebut, Kita sebagai consumer kan senang bisa mendapatkan mobil yang sesuai dengan 3 kriteria diatas dengan harga murah ...
sorry bro point 1,3 ada berhubungan dengan keselamatan. Coba saya share pengalaman saya di track yg juga applicable ke everyday driving:basic kestabilan mobil ditentukan oleh 1.)Chassis rigidity/kekuatan chasis 2.) suspension system yg mengatur body movement & roll saya personally tidak tahu seberapa rigid chassis livina tapi jika chassis lentur dan suspension systemnya lembut maka mobil ini akan berpotensi bahaya dalam kecepatan tinggi (point no 3 anda) ditambah lagi dengan absennya ABS.
Jika mobil ini harus di rem mendadak dari kecepatan >120kpj yg mungkin akan pasti terjadi ban bakal lock up/selip yg menyebabkan mobil tidak bisa dikendalikan lagi hal ini bisa di minimize jika ada ABS yg menjaga agar tidak terjadi lock up dan mobil masih bisa dikendalikan. Chasis yg lentur juga bisa menimbulkan kekacauan center of gravity waktu melewati tikungan2x dengan kecepatan medium to high jika suspension systemnya "lembut/malas" maka yg terjadi adalah body roll yg berlebihan dan bisa menyebabkan kehilangan kestabilan. BMW, terutama M division mereka mempunyai filosofi suspension system harus mempunyai response yg lebih cepat daripada mesinnya karena sangat mudah untuk membuat mobil bisa berjalan cepat tapi lebih sukar untuk mengendalikan dan menghentikannya. Memang komparasi ini tidak fair tapi saya rasa bisa dipakai buat gambaran mengapa mesin cepat tanpa dukungan suspension+chassis yg appropriate berpotensi bahaya.
Memang benar di jakarta macet melulu tapi kan ada waktunya mobil ini bisa dipakai cepat dan inilah yg berpotensi berbahaya. Kalau saya pribadi lebih suka mempunyai mobil yg tidak usah terlalu cepat tapi fitur keamanannya ada jangan cuma murah di depan tapi kalau sampai terjadi apa apa akan lebih mahal.
Opinion saya bukan kritik terhadap livina saja tetapi secara general untuk mobil mobil yg di desain utk asal bisa jalan aja menurut saya safety itu selalu no 1 karena walaupun kita menyetir berhati hati banyak idiot lain di jalan yg bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan.